Selain relaksasi, masih ada banyak cara untuk mencegah stres berlanjut menjadi distres.
Philip G. Zimbardo, psikolog senior Standford University, dalam bukunya Psychology and Life, banyak mengungkapkan strategi mengatasi stres dengan pendekatan problem focused coping (PFC) dan emotional focused coping (EFC). Kalau pada PFC stres diatasi dengan menyelesaikan masalah penyebab stres, EFC menangani stres dengan menghilangkan beban emosi. Di dalamnya ada langkah-langkah yang bisa dijalani, antara lain:
- Carilah sebab-sebab munculnya perilaku Anda pada situasi sekarang atau dalam hubungannya dengan situasi masa lampau. Jangan hanya mengaitkannya dengan kekhilafan diri sendiri.
- Bandingkan reaksi, pikiran, dan perasaan Anda dengan orang-orang di lingkungan Anda. Ini akan membantu menilai ketidaktepatan dan relevansi respons-respons tersebut.
- Cari sahabat tempat berbagi perasaan, kesenangan, dan kecemasan. Suami atau istri sesungguhnya sahabat yang terbaik. Libatkan diri dalam jaringan kerja tempat Anda dapat membangun, mempertahankan, dan mengembangkan dukungan sosial terhadap Anda.
- Jangan khawatir ditolak, ketika Anda mengutarakan keinginan menjadi teman mereka. Jangan segan pula untuk mencoba lagi bila keinginan Anda ternyata tidak mendapatkan sambutan baik.
- Jangan sekali-kali menciptakan "cap" terhadap diri sendiri, apalagi memberi atribut berupa perangai yang tidak dapat diubah, kronis, dan negatif, macam: bodoh, buruk muka, tidak kreatif, atau tidak berhasil. Lebih baik carilah apa yang menjadi sumber ketidakbahagiaan. Lakukanlah kritik membangun pada diri sendiri, pikirkan pula apa yang dapat Anda lakukan di masa mendatang untuk menemukan diri Anda yang sesungguhnya.
- Bangun keyakinan diri. Bagilah perasaan yang positif dengan orang lain.
- Inventarisasikan keistimewaan dan keunikan Anda. Juga potensi diri yang Anda miliki untuk ditunjukkan kepada orang lain. Kenalilah kekuatan pribadi Anda dan sumber daya yang bermanfaat bagi diri Anda.
- Kendalikan emosi, baik saat gembira maupun berduka, dengan cara: a) menjauhkan diri secara fisik dari sumber emosi, b) beri peran kepada orang lain dalam situasi atau konflik, c) bila sedang menghadapi masalah yang berat, gunakan imajinasi untuk mendapatkan perspektif sementara ke masa depan, atau d) bertukar pikiran dengan orang yang Anda nilai simpatik.
- Jangan terus menyesali kegagalan di masa lalu. Yang lalu biarkan berlalu.
- Belajarlah dari setiap kegagalan, karena kegagalan dan kekecewaan tidak jarang merupakan rahmat tak tampak, yang mengingatkan kita bahwa tujuan yang ingin dicapai belum tepat. Kegagalan tak jarang mencegah kita dari kesalahan lebih besar di masa mendatang.
- Jika Anda melihat orang mengalami kesulitan, beri perhatian padanya dan bantu mencarikan jalan keluarnya. Ini melatih Anda menjadi orang yang peduli.
- Jika tak mampu menolong diri sendiri atau orang lain yang dalam keadaan distres, berkonsultasilah dengan psikolog/psikiater. Gangguan psikis tak jarang menimbulkan gangguan fisik.
- Asumsikan setiap orang dapat ditolong bila diberi kesempatan mendiskusikan masalahnya secara terbuka dengan psikolog/psikiater. Karena itu, tak perlu merasa bahwa Anda cacat atau terganggu mentalnya.
- Tetapkan tujuan jangka panjang dan pikirkan lima, sepuluh, atau tiga puluh hal yang ingin Anda kerjakan. Cari beberapa macam alternatif untuk mencapainya. Nikmatilah proses perjalanan hidup Anda.
- Sisihkan waktu untuk rileks, zikir, menikmati hobi atau aktivitas yang dapat dikerjakan sendiri atau aktivitas yang memerlukan bantuan orang lain dengan tetap melibatkan sentuhan Anda.
- Pandang diri Anda sebagai pemeran aktif yang setiap saat mampu mengubah arah kehidupan Anda sendiri secara keseluruhan.
Ingat, bahwa selama hidup, pasti ada harapan untuk hidup lebih baik, dan selama kita memperhatikan orang lain, hidup kita akan lebih baik.