Intisari-Online.com – Kebanyakan dari kita memiliki berbagai jenis ketakutan. Semua anak normal juga mempunyai ketakutan. Ketakutan merupakan mekanisme pertahanan yang normal. Namun ketakutan akan menjadi berbahaya kalau berlebihan dan mulai menimbulkan kecemasan. Anak-anak sering takut gelap, hantu, orang yang tidak dikenal, binatang, kendaraan, api, air, kematian, dan bahkan takut ditinggalkan orangtua, takut ayah/ibu/kakak meninggal dan sebagainya. Anak-anak memperoleh berbagai ketakutan tadi dari lingkungan dekat mereka dan karena tidak bisa membedakan mana yang perlu ditakutkan, mana yang tidak.
Anak-anak takut pada bunyi yang keras, sifat yang menakutkan, cerita-cerita seram, mimpi buruk, bentuk cacat, orang jahat, perampok, peristiwa-peristiwa supranatural dan luka tubuh. Anak-anak juga takut dimarahi, takut dipermalukan, takut diejek dan ditertawakan.
Apa penyebabnya?
Penyebab ketakutan dan kerisauan pada masa kanak-kanak erat hubungannya dengan tingkat perkembangan anak. Kebanyakan ketakutan muncul karena ketidakpedulian lingkungan dan ketidakmampuan anak untuk menanggulanginya.
Reaksi terhadap ketakutan cenderung disamaratakan. Misalnya saja, ada suatu situasi spesifik yang menimbulkan rasa takut pada seorang anak. Kemudian, ketika si anak berhadapan dengan situasi yang lain yang memiliki unsur dari situasi yang pernah menimbulkan ketakutan padanya itu, ia segera menanggapinya dengan reaksi ketakutan.
Anak usia sekolah boleh dikatakan akan sering menghadapi kondisi yang tidak dikenal dan asing, dan sedikit banyak hidup dalam lingkungan dengan suasana yang menakutkan. Mereka jadi begitu terbiasa mengantisipasi keadaan dengan emosi yang penuh ketakutan atau cemas. Dengan kata lain, mereka bisa ketakutan pada saat tidak ada yang perlu ditakutkan.
Seorang anak bisa belajar ketakutan dari ibunya yang penakut dan yang melindunginya secara berlebihan. Umpamanya saja, si ibu takut dengan laba-laba, atau petir, atau takut ada orang bersembunyi dalam kegelapan jalan di malam hari. Anaknya bisa ikut takut pada hal-hal itu. Suatu pengalaman yang menakutkan bisa berkembang menjadi fobia. Bila situasi yang menakutkan itu senantiasa hanya dihindari, berarti ketakutan itu tidak pernah teruji kebenarannya dan tidak ada kesempatan untuk dilenyapkan. Ada pula sejumlah ketakutan yang berkembang pada anak akibat ancaman yang tidak masuk akal dari orangtua dalam usaha memaksa si anak untuk makan, tidur, atau buang air besar.
Ketakutan pada anak sering berpengaruh pada fisik mereka, sehingga anak menderita sakit kepala, sakit perut dan mual. Kadang-kadang mereka juga sampai muntah.
Bagaimana menanganinya?
Seiring dengan pertumbuhan anak, mereka pun semakin ingin memahami lingkungannya.
Mereka menjadi sering memanfaatkan kemampuan intelektualnya, sehingga memungkinkan mereka menemukan banyak fakta bagi diri mereka. Ketakutan memang tidak diinginkan, tetapi rasa takut yang didasari pengetahuan dan evaluasi kritis merupakan hal yang diperlukan. Seperti, menengok dulu ke kiri dan ke kanan sebelum menyeberang misalnya. Orang yang matang/dewasa mampu membedakan rasa takut yang didasari pengetahuan dan pengalaman, dengan rasa takut yang didasari pada ketidaktahuan.
Ketakutan bisa dihilangkan dengan menyingkirkan rasa tidak aman yang disebabkan oleh perlindungan yang berlebihan, dominasi, dan sebagainya. Anak harus lebih diperkenalkan pada berbagai benda dan situasi yang ditakutinya. Jika ia takut air, ia harus didorong untuk bermain air. Cara penanganan yang paling efektif adalah dengan menggunakan terapi perilaku.
Menghadapi hal-hal yang ditakuti tetapi yang sebenarnya tidak perlu ditakuti, umumnya disepakati sebagai cara paling efektif untuk menghilangkan ketakutan dan sikap selalu menghindar. Memberi contoh juga terbukti efektif. Bila diberi hadiah, anak yang ketakutan cenderung menunjukkan perilaku tidak takut untuk mendekati obyek atau situasi yang ditakutinya. Hal ini akan membesarkan hatinya untuk berani menjajaki lingkungan lebih lanjut. (How To Shape Your Kids Better)