Cuma Kita Yang Bisa Tertawa

K. Tatik Wardayati

Editor

Cuma Kita Yang Bisa Tertawa
Cuma Kita Yang Bisa Tertawa

Intisari-Online.com – Tertawa dan menangis, menurut para psikiater, sama seperti kebencian dan kemarahan, merupakan bagian dari spektrum emosi. Namun, mengapa hanya tertawa yang kerap dijadikan terapi? Jawabnya jelas, karena tertawa, punya efek chemistry yang membawa dampak positif di dalam tubuh. Namun, bukan berarti menangis, marah, atau benci tak punya potensi sama sekali dijadikan terapi.

Tertawa dan menangis hanya ada pada manusia, tapi menangis itu emosi primitif. Terapi menangis, jika ada, efek pembakaran zat kimia jahatnya mungkin bisa sama dengan terapi tertawa. Namun, ibarat arung jeram (yang juga dapat membakar zat kimia jahat), jalan yang ditempuh terapi menangis jauh lebih ‘berbahaya’ dan ‘berbelit’. Dengan kata lain, kalau ada yang lebih mudah, murah, dan meriah, tidak berbahaya, serta tidak menyakiti diri sendiri, kenapa harus memilih terapi yang sebaliknya?

Jadi, banyak-banyak tertawalah, selagi bisa. Bukan hanya untuk menghormati Srimulat, tapi juga untuk sehat. Karena hanya manusia yang bisa tertawa. Kalau tak percaya, tanyakan pada anjing yang menggonggong, atau kambing yang mengembik. Seandainya mereka dapat bicara, pastilah mereka akan menyatakan iri, lantaran tak bisa tertawa seperti kita. (Mind, Body, and Soul)