Intisari-Online.com - Kekerasan seksual terhadap perempuan tidak harus berkonotasi adanya gangguan (paksaan) secara fisik. Melalui kata-kata, seorang perempuan juga bisa merasakan kekerasaan. Kekerasan verbal namanya.
Efek penggunaan kata kasar terhadap perempuan tidak bisa dianggap enteng. Kata-kata merendahkan, misalnya, “Dasar perempuan bodoh!” bisa membuat perempuan mengalami rendah diri dan terekam dipikiranya seumur hidup. Atau bisa juga, kalimat ancaman pada korban perkosaan, seperti, “Awas kalau teriak! Saya bunuh kamu.” Ancaman semacam ini akan membuat perempuan mengalami trauma sepanjang hidupnya
Trauma atas kekerasan verbal tersebut tentu harus diselesaikan secara cepat melalui konseling ke psikiater. Akan tetapi, ada sebuah proyek menarik dibuat seorang fotografer bernama Grace Brown. Melalui Project Unbreakable, Brown berusaha membalikan kata-kata negatif menjadi sarana pemulihan korban.
“Idenya adalah membalikan kekuatan kata-kata negatif yang pernah diterima korban menjadi kekuatan baru,” tutur Brown.
Proyek tersebut dilakukan dengan cara para korban menuliskan kata-kata negatif yang pernah diterimanya pada sebuah kertas kemudian dipotret. Foto itulah yang kemudian dikirimkan ke situs Project Unbreakable. Untuk menutupi wajah korban, muka sang korban ditutupi kertas yang telah ditulisi kata-kata negatif tersebut.
Proyek Brown ini mendapat sambutan antusias. Sejak digulirkan pada bulan Oktober 2011, foto yang diterimanya telah mencapai 25 buah. Dengan proyek ini, ia berharap agar para korban dapat melupakan kekerasan verbal yang diterima dengan mengeluarkannya kembali. (The Guardian)