Nostalgia untuk Kesehatan Jiwa

Ade Sulaeman

Editor

Nostalgia untuk Kesehatan Jiwa
Nostalgia untuk Kesehatan Jiwa

Intisari-Online.com - Apabila anda suka membaca suatu buku secara berulang-ulang, menonton sebuah film lebih dari satu kali, atau senang untuk mengunjungi suatu tempat yang sama di waktu yang berbeda, jannganlah merasa aneh dengan perilaku tersebut. Penelitian menunjukan bahwa perilaku tersebut wajar dilakukan. Bahkan memiliki dampak positif secara psikologis. Terutama untuk mengatasi masalah psikologis seperti trauma.

Seorang pakar perilaku konsumen dari American University, AS, Cristel Russel beserta rekan-rekannya telah melakukan wawancara terhadap 23 orang untuk mengidentifikasi alasan yang mendasari mereka melakukan “re-konsumsi.” Ternyata ditemukan bahwa perilaku tersebut tidak sekedar untuk bernostalgia, namun, lebih pada suatu tindakan sadar dalam mencari suatu pemaknaan yang baru dan memiliki sisi emosional yang besar.

Russel berpendapat bahwa re-konsumsi dapat membuat seseorang “melihat dengan lensa yang sama, namun, dengan mata yang berbeda.” Hal ini selanjutnya dapat memberikan banyak manfaat terapetik. Tentu saja selama dilakukan dalam keadaan sadar (bukan perilaku pasif atau adiksi yang tidak terkontrol).

Seorang filsuf Jerman, Martin Heidegger menyatakan bahwa repetisi memungkinkan tercapainya suatu pemahaman dari pengalaman masa lalu seseorang. Bahkan, Heidegger juga berpendapat bahwa “re-konsumsi” memberikan pandangan yang berbeda tentang diri sendiri saat di masa lalu dengan kondisi saat ini.

Sedangkan para psikoterapis menyatakan bahwa “re-konsumsi” dapat membantu berjalannya suatu proses psikoanalitikal yang disebut abreaksi. Sebuah proses yang berguna untuk mengatasi masalah traumatik (seperti gangguan emosi berupa stres pasca trauma). Melalui “re-konsumsi,” seorang pasien yang mengalami trauma dapat dibantu untuk secara sadar “bertemu” kembali dengan masa lalunya.

Selain bermanfaat untuk masalah psikoloagi. Temuan ini juga bermanfaat di bidang pemasaran atau periklanan. Umumnya iklan selalu diusahakan untuk tampil dengan wajah segar dan baru. Namun, Russell dan rekan-rekannya berpendapat bahwa dengan memberikan suatu tampilan iklan yang “tua,” konsumen dapat melihatnya sebagai suatu hal yang baru. Sehingga bisa saja dengan memutar iklan lama secara utuh atau dengan sedikit modifikasi. Bisa menghemat biaya produksi.