Wajib Dicatat! Inilah 5 Kalimat yang Pantang Diucapkan Orangtua

K. Tatik Wardayati

Editor

5 Kalimat Pantangan Orangtua
5 Kalimat Pantangan Orangtua

Intisari-Online.com – Komunikasi merupakan bagian dari pendidikan dan pengajaran yang diberikan orangtua kepada anak-anak. Kata-kata yang kita katakan sebagai orangtua kepada anak-anak bisa mendorong mereka untuk melakukan apa yang kita inginkan.

Tapi lebih dari itu, kata-kata orangtua kepada anak mereka memiliki dampak langsung terhadap perkembangan mental anak di masa depan dan hubungan orangtua dengan anak-anak. Sering kali, ketika frustasi dengan perilaku anak, orangtua justru mengucapkan sesuatu yang “merusak”.

“Kata-kata bisa menyakiti dan tidak dapat ditarik lagi. Jadi, hati-hatilah,” saran seorang terapis dan penulis The Calm Parent: AM & PM, Debbie Pincus. Berikut ini adalah lima hal yang orangtua sering katakan yang bisa memberikan efek negatif pada anak, seperti dikutip dari Shine.

(Baca juga:Untuk Para Perempuan Pekerja Kantoran, Begini Menghilangkan Nyeri karena Memakai Sepatu Hak Tinggi)

“Saya tidak peduli”

Anak-anak kecil menyukai rincian percakapan dengan temannya, menjelaskan apa yang mereka pikir atau temukan di sekitar meskipun kedengarannya sangat aneh di mata orangtua.

Meskipun kadang-kadang orangtua terlalu sibuk atau tidak peduli, hati-hati untuk tidak berkata, “Aku tidak peduli!”. Ini akan memotong komunikasi dengan anak dan akan akan merasa diabaikan di mata orangtua mereka.

Banyak orangtua mengeluh tentang komunikasi pada anak remajanya. Sebenarnya komunikasi orangtua-anak harus dikembangkan secara positif selama bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan.

(Baca juga:Antara Sanro, Mallogo, Barongko, dan Soeharto, Inilah Kisah Masa Kecil BJ Habibie)

Oleh karena itu, ketika berbicara dengan anak, kita harus fokus. Jangan campuradukkan dengan hal lain. “Jangan biarkan satu hari berlalu tanpa kita berbagi dengan anak kita.”

“Bersikaplah sesuai umurmu!”

Anak Anda berusia tujuh tahun, tapi Anda merasa ia berperilaku seperti anak usia balita. Pincus mengatakan reaksi ini menunjukkan orangtua tidak memahami perilaku anak-anak dan mencoba untuk mengatasi frustasi.

Anak-anak berpikir, mereka telah melakukan hal yang sesuai dengan usia umur mereka, tetapi orangtua tidak mengerti. Hasilnya, ini akan membuat anak merasa selalu dikritik.

Sebaiknya, ketika orangtua merasa marah, ambillah jeda sejenak dan berikan umpan balik secara efektif, bukan reaksi spontan yang penuh adrenalin. Jadi, bereaksilah dengan otak, bukan dengan emosional.

“Ayo, minta maaf!”

Anak-anak usia prasekolah kadang mengambil mainan temannya hingga membuat temannya menangis. Anda mungkin berpikir untuk membujuk mereka meminta maaf kepada temannya.

“Tapi memaksa seorang anak untuk meminta maaf tidak mengajarkan anak keterampilan sosial,” kata Bill Corbett, seorang pendidik.

Anak-anak tidak secara otomatis memahami mengapa mereka harus meminta maaf, dan jika orangtua memaksa mereka barulah mereka melakukannya.

(Baca juga:Cara Sederhana Melihat Kesehatan Bayi: Cukup Lewat Kotorannya)

Agar anak-anak memahami makna meminta maaf, jangan ragu untuk meminta maaf kepada anak, ketika Anda sebagai orangtua melakukan kesalahan. Orangtua menjadi model sehingga anak-anak mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Anda akan lihat sendiri hasilnya.

“Apakah kamu mengerti?”

Suatu kali Anda harus mengajarkan sebuah keterampilan atau bagaimana sesuatu itu bekerja. Saat anak-anak menunjukkan tanda-tanda tidak mengerti, Anda bertanya, “Apakah kamu mengerti?”

Menurut Jill Lauren, psikolog anak, pertanyaan ini merendahkan. “Jika anak-anak tahu, mereka akan melakukannya untuk menyenangkan orangtua.”

Namun, yang Anda katakan akan membuat anak merasa tidak berguna. Sebaliknya, lebih baik beristirahat dulu sebelum memulai lagi, atau cari cara pendekatan lain untuk mengajar mereka.

“Saya tinggal ya …”

Jika anak menolak meninggalkan toko mainan atau tempat bermain, sering orangtua memberikan semacam ultimatum. Untuk anak kecil, ditinggal adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Tapi, bagaimana jika ancaman itu tidak berarti apa-apa untuk mereka?

Jika terus-menerus, anak akan tahu kalau Anda hanya mengancam. Cobalah untuk tidak mengancam. Jika Anda mengatakan itu, maka Anda harus melakukannya.

Ahli keluarga, Debora Gilboa, menyarankan untuk tidak pernah mengatakan kalau Anda akan meninggalkan anak Anda. Sebaliknya, melihat apa yang menyebabkan perilaku mereka.

(Baca juga:Empat Lukisan Misterius di Dunia yang Katanya Bisa Bergerak, Salah Satunya Lukisan Prabu Siliwangi)

Jika mereka masih menolak, katakan kepada anak perilaku tersebut tidak dapat diterima dan orangtua harus memotivasi anak dengan konsekuensi mereka dapat melakukannya.

Artikel Terkait