Intisari-Online.com - Perkawinan yang langgeng dan harmonis tentulah dambaan semua orang. Akan tetapi terkadang batu sandungan menjadi pengalang kelanggengan dan keharmonisan itu. Ada yang bisa mengtasinya, banyak pula yang gagal. Perceraian menjadi solusi yang tak menguntungkan semua pihak.Di Amerika Serikat, Dr. Bonnie Eaker Weil memberikan langkah-langkah untuk melanggengkan hubungan perkawinan. "Menciptakan dan memelihara keintiman itu membutuhkan 'keterampilan' tersendiri. Bukan hanya naluri," kata ahli terapi keluarga dari Manhattan, New York, itu.
Nasihat-nasihat itu diberikan oleh Dr. Weil kepada para peserta kursus dengan nama keterampilan praktis membina keakraban. Di situ para peserta diajarkan mengungkapkan perasaan, keinginan, harapan, impian, ketakutan dan ketidaksukaan, termasuk keluhan yang sepele.
Misalnya saja para pasangan itu belajar bagaimana mengatakan, "Saya tidak suka kamu meninggalkan piring kotor di kamar tidur," tanpa nada menyalahkan, sekaligus sambil memberi saran, seperti, 'Tolong letakkan piring bekas di bak cuci dapur." Sebaliknya, jika ia mengatakan, "Dasar kamu jorok", pasangannya akan merasa dihina, dan cenderung membela diri.
Kursus ini juga mengajarkan berbagai latihan. Di antaranya latihan "peregangan" yang mengajak partisipasi untuk memenuhi kemauan pasangannya, apa pun bentuknya dan walaupun ia tidak menyukainya.
Ada pula latihan "teka-teki", yang melatih para pasangan dalam menjernihkan persoalan. Persoalan ini bisa cuma pesan tertentu di film, menyangkut sikap, atau pernyataan.
Sedangkan latihan "sadar diri" melacak latar belakang sejarah emosi keluarga dan sejarah perjalanan emosi seseorang dengan metode genogram. Di sini dapat diungkapkan tingkah laku yang merusak dan harapan-harapan di balik pasangan yang bersangkutan. Seperti kecenderungan memilih pasangan yang mirip dengan ayah, kakek-nenek, meskipun bisa berakibat merusak diri.
Kesadaran pada pasangan mengajarkan pasangan untuk melihat perbedaan di antara mereka dan bagaimana memanfaatkannya.
Latihan keintiman menunjukkan bahwa pasangan tidak hanya membutuhkan seks, tetapi juga perhatian. "Saya minta semua klien saya untuk berpelukan selama sepuluh menit pada pagi dan malam hari," kata Eaker Weil.
Cara ini juga digunakan sebagai langkah pendahuluan sebelum hubungan badan. Jika perasaan tergugah, maka pengekspresiannya akan mudah saja.
Program Eaker Weil ini juga berlaku bagi calon orangtua. Kita harus mengetahui masalah pada masa kanak-kanak kita, yang masih berpengaruh pada diri kita sampai saat ini.
Eaker Weil yakin, satu teknik terpenting adalah penjadwalan semua hal, mulai dari memadu kasih, argumentasi, berbicara, berpelukan, mengungkapkan impian.
Bila timbul adu pendapat, sampai salah satu pasangan tidak bisa menyelesaikannya, ia bisa mengatakan, "Nanti saja kita bicarakan lagi." Dengan cara penjadwalan, kemarahan bisa diredam karena emosi sudah menurun.
"Banyak orang bilang, apa ada orang yang menjadwalkan hubungan seks?" 'Kan tidak spontan lagi! Tetapi jika Anda menunggu waktu yang tepat, hubungan akan langgeng."
Pertentangan nyatanya tak bisa dilepaskan begitu saja bagi orangtua atau siapa saja yang masuk ke gerbang pintu perkawinan. Nah, tujuan utama konsultasi pencegahan adalah meredam pertentangan menjadi sekecil mungkin.