Intisari-Online.com - Entah kesepian itu karena kehilangan pacar atau pasangan hidup, atau mata pencarian, entah karena Anda memang orang yang suka menyendiri, selalu ada cara untuk mengatasinya.
Ternyata orang yang paling kesepian adalah remaja, bukan orang-orang setengah baya. Begitu hasil penelitian ekstensif Dr. Ladd Wheeler, profesor psikologi pada University of Rochester dan Dr. Phillip Shaver, profesor psikologi pada University of Denver di AS. Mengapa justru remaja? Soalnya, remaja belum menemukan identitas diri mereka. "Dunia mereka belum berstruktur dan mereka belum menemukan tempat yang cocok di dalamnya."
Dr. Shaver menjelaskan bahwa remaja yang baru mencoba hidup terpisah dari orangtua dan keluarga mengalami saat paling sulit dalam menguji kemampuan psikologi sosialnya. "Sekali pernah menjadi orang dewasa, Anda akan tahu cara menanggulangi rasa sepi," kata Shaver.
Para peneliti menyebutkan dua kategori kesepian.
Wheeler berpendapat bahwa ada dua penemuan dari penelitian tentang masalah kesepian di Rochester.
Orang yang bercerai atau ditinggal mati oleh pasangannya sebenarnya sangat membutuhkan dukungan sosial dan simpati.
Jangan bandingkan diri dengan orang lain
Orang makin merasa, jika ia membandingkan dirinya dengan orang yang sedang bergembira. Kegembiraan itu bisa dilihatnya dari kehidupan sehari-hari, tetapi bisa juga dari televisi atau program-program tertentu yang memperlihatkan kehidupan keluarga yang ideal."
Shaver merasa bahwa TV tidak bisa mengatasi perasaan terisolir. "Orang yang kesepian menonton televisi untuk selingan, sebagai alternatif kehidupan sosial. Namun, begitu mereka mematikan TV, interaksi pun turut mati. Mereka tidak pernah berpartisipasi dalam apa pun."
Menurut Shaver, kunci menanggulangi kesepian adalah dengan memfokuskan diri terhadap perasaan orang lain, minat orang lain, serta kebutuhan orang lain sambil mencoba melupakan kesulitan diri sendiri.
la juga menyarankan agar orang-orang yang kesepian itu mengikuti kegiatan sebuah kelompok yang mempunyai kesamaan-kesamaan dengan pribadinya, entah itu di bidang politik, masak, atau kegiatan keagamaan.
"Anda berhubungan dengan mereka yang mempunyai nilai yang sama dan Anda bisa mengembangkan persahabatan yang kokoh."
Penelitian itu juga mengemukakan bahwa orang yang kesepian biasanya takut sendirian. "Mereka tidak terbiasa melihat segi positif dari kesendirian seperti waktu istirahat, merenung, atau mendengarkan musik," kata Shaver. "Orang yang tahu cara mengisi kesendirian biasanya tidak terlalu merasa kesepian."
Wheeler juga melihat adanya pengaruh kesepian terhadap emosi dan fisik seseorang. "Wanita tampaknya lebih kesepian daripada pria. Namun, itu mungkin karena pria selalu menjaga citra keperkasaan dan pria percaya seorang maskulin tidak pantas memperlihatkan kesan kesepian," katanya.
Wheeler menyimpulkan bahwa untuk menanggulangi kesepian, seseorang harus belajar mengembangkan kemampuan bersosialisasi. "Kita harus belajar cara mengekspresikan diri terhadap masalah dan kehidupan orang lain, cara untuk menjadi lebih tegas, dan menjadi pendengar yang baik. (Kumpulan Artikel Psikologi 1)