Intisari-Online.com – “Kesusahan sehari terasa lebih lama daripada kegembiraan sebulan.” Pepatah Cina kuno ini ada benarnya juga. Semua manusia pasti pernah merasakan pahit kehidupan. Tapi, ayo! Masih ada kesempatan untuk “bangkit” lagi. Ikuti saja kiat-kiat berikut.
Banyak penyair handal yang berangkat dari pengalaman pribadi mereka. Tragedi, trauma, kisah sedih diubah menjadi puisi indah dan dalam. Jadi, apa salahnya mencoba berpuisi dan tumpahkan apa yang Anda rasakan.
Sadar atau tidak, dalam keheningan kita bisa merasakan kedamaian dan kekuatan yang luar biasa, misalnya dengan meditasi atau berdoa. Di saat itulah kita akan merasa berada di dunia yang lain.
Mengeluh di masa-masa sulit itu biasa. Tidak biasa andai kita tetap bersyukur dan yakin bahwa setelah derasnya hujan, pelangi akan menanti.
Dengan membantu orang lain, beban dan pikiran kita akan teralihkan. Percaya atau tidak, perasaan kita akan lebih plong.
Teman dan keluarga yang kita miliki adalah obat. Bisa jadi mereka menawarkan solusi yang tak terpikirkan oleh kita.
Apa yang kita makan akan diolah tubuh dan mempengaruhi produksi zat-zat kimiawi di otak. Oleh karena itu, perhatikan apa yang kita makan. Hindari konsumsi daging merah, alkohol, rokok, serta produk kalengan.
Sadari apa yang masih ada, bukan apa yang hilang. Biarlah keterpurukan menjadi guru kita di masa depan.
Ingatlah, hari Anda bukan hanya hari, songsonglah masa depan yang lebih baik. (Intisari)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR