Berbohong itu Tidak Sehat

Agus Surono

Editor

Berbohong itu Tidak Sehat
Berbohong itu Tidak Sehat

Intisari-Online.com - Terlalu sering kita melakukan berbohong "putih" untuk menghindari hukuman, konflik, atau konsekuensi lain. Ketika pasangan menanyakan apakah pakaian yang kita pakai baru, bisa saja kita sedikit berbohong menyembunyikan kebenaran demi menghindari masalah keuangan. "Ini kemeja yang lama, cuma jarang dipakai," begitu kilah Anda.

Ironisnya, dalam upaya menghindari konflik itu kita justru terjebak dalam konflik yang lebih rumit. Bagaimana jika struk pembelian pakaian itu diketahui pasangan? Lalu akan ada dalih atau pembicaraan yang justru malah membuat hubungan yang tadinya mesra menjadi "mendung".

Kita berbohong untuk menutupi pelanggaran seperti minum-minuman keras, narkoba, selingkuh, atau bahkan sesuatu seperti kehilangan pekerjaan. Tak dapat dielakkan, kebohongan mengejar kita dan kita harus siap dengan konsekuensi, yang umumnya meningkat secara eksponensial sebagai hasil dari menutup-nutupi tadi. Kebohongan yang lebih besar akan membawa kita ke hilangnya relasi yang penting.

Jika keuntungan moral bicara jujur tidak meyakinkan Anda, inilah beberapa keuntungan nyata bicara jujur:

  • Berkurangnya konflik setiap hari.
  • Berkurangnya stres dalam kehidupan Anda.
  • Kesehatan mental dan fisik yang lebih baik, termasuk kebahagiaan.
  • Relasi yang lebih sehat dan bahagia.
  • Memperoleh kepercayaan yang lebih besar dari orang yang Anda kasihi, termasuk anak-anak.
Apa yang kita ketahui adalah bahwa berbohong menimbulkan konflik, konflik menjurus ke stres, dan stres berakibat persoalan kesehatan mental dan fisik. Dalam salah satu penelitian, banyak orang yang melakukan kebohongan yang sebenarnya tidak perlu. Sepertinya sulit untuk menghentikan kebohongan "putih", namun percayalah bicara jujur lebih sederhana dan jauh lebih melegakan di hati.

Masih mau berbohong meski "sedikit"? (You Beauty)