Intisari-Online.com – Masih banyak anak-anak sekolah, terutama di perkotaan, yang belum mempunyai kebiasaan sarapan di pagi hari. Alasannya, karena anak-anak sulit dibangunkan, sulit mengajak anak sarapan, sulit meminta anak menghabiskan sarapan, serta khawatir anak terlambat sekolah.
Padahal, menurut Dr. Soedjatmiko, Sp (AK)., Msi., Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang dari RSCM-FKUI, bukan hanya faktor anaknya saja yang sulit bangun atau tidak mau sarapan. Bisa jadi sang ibu pun tidak tahu manfaat sarapan, tidak sempat membuatkan sarapan, atau tidak kreatif memilih variasi menu sarapan. Sementara, sang ayah tidak dilibatkan dalam hal ini, demikian juga guru atau sekolah belum dilibatkan.
Anak-anak sekolah yang tidak sarapan memberikan juga alasan karena mereka tidur terlalu malam akhirnya terlambat bangun. Atau belum terbiasa sarapan. Bisa juga karena menu sarapan yang tidak cocok. Alasan lain tidak sempat sarapan karena terburu-buru ke sekolah. "Mana sempat?" kata seorang bocah dalam sebuah iklan.
Hal yang dapat dilakukan menanamkan kebiasaan sarapan bagi anak-anak sekolah adalah memberikan edukasi bagi orangtua (ayah dan ibu), anak, serta guru, betapa pentingnya sarapan dan makanan selingan untuk kualitas tumbuh kembang anak sekolah.
Anak bisa dilibatkan sehari sebelumnya, misalnya memilih atau menyiapkan sarapan untuk esok hari. Mereka juga diminta untuk tidur jangan terlalu malam sehingga dapat bangun lebih pagi. Sang ayah pun dilibatkan dengan mengawasi jam tidur anak agar tidak terlalu larut mereka tidur, lalu membangunkan di pagi harinya. Ayah juga dapat terlibat dalam membuat serta memantau sarapan, terlebih membantu pembiayaan membuat sarapan atau makanan selingan agar menunya bervariasi.
Guru dan sekolah pun dilibatkan dengan cara memantau anak yang sarapan atau tidak. Bila memungkinkan sekolah dapat menyediakan sarapan dengan jalan menyediakan jajanan di kantin sekolah yang tentunya sehat dan bergizi seimbang sesuai dengan tumbuh kembang anak. (*)