Intisari-Online.com - Berdasarkan survei yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ), 94 persen masyarakat Indonesia mengidap depresi. Pada tahun 2011, menurut Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Supriyantoro, jumlah penderita depresi pada individu berusia produktif mencapai 11,6 persen penduduk Indonesia atau sekitar 1.740.000 jiwa.
Seseorang yang mengalami depresi biasanya juga mengidap beberapa penyakit, termasuk yang berbahaya seperti diabetes dan HIV. Kondisi ini dapat menjadi semakin berbahaya bila melihat fakta bahwa, menurut jurnal yang berjudul “Out of Balance, A New Look at Chronic Stress, Depression, and Immunity,” depresi melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh rentan terhadap penyakit, mirip dengan diabetes dan HIV.
Orang dengan depresi juga memiliki risiko terkena serangan jantung empat kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki depresi. Salah satunya, merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Gregory E. Miller dan Ekin Blackwell dari University of British Columbia, Kanada, yang menemukan bahwa depresi mengaktifkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat peradangan pada tubuh. “Bila depresi berlangsung dalam waktu lama, inflamasi ini dapat mempercepat pertumbuhan atherosclerosis yang melandasi penyakit jantung,” papar keduanya dalam artikel "Turning Up the Heat Inflammation as a Mechanism Linking Chronic Stress, Depression, and Heart Disease”.
Belum lagi soal risiko kematian, karena 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi. “Mereka yang depresi bisa saja melakukan bunuh diri atau membunuh dirinya secara tidak sengaja seperti membawa kendaraan secara ugal-ugalan,” ujar Nathanael E. J. Sumampouw, psikolog klinis dari Universitas Indonesia.
Jadi, jangan sepelekan depresi Anda!