Intisari-Online.com - Bejibunnya jumlah stresor sebanding dengan beragamnya gangguan yang disebabkannya. Untuk kategori gangguan mental, gangguan jiwa berat seperti kegaduhan misalnya, dikenal sebagai gejala reaktif yang cukup akut.Orang yang terkena gangguan ini dapat melakukan perbuatan menghebohkan, tanpa menyadari apa yang tengah terjadi. Tindakannya itu tak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga merepotkan orang lain.Makanya dianjurkan, penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit khusus.Ada pula gangguan mental yang lazim disebut gangguan stres pascatraumatik. Biasanya dialami seseorang yang mengalami shock hebat. Penderita stres pascatraumatik bisa menampakkan rasa cemas, tertegun, atau menyimpan rasa bersalah, mengapa dirinya hidup, sedangkan orang lain (termasuk anggota keluarganya) meninggal dunia.Stresor pun berpeluang menyerang seseorang sedemikian rupa sampai korbannya mengalami insomnia (sulit tidur) dan gangguan berkonsentrasi. Penderita sulit sekali memejamkan mata, misalnya jika sedang tegang dan membayangkan sesuatu atau peristiwa yang terjadi kemarin atau beberapa saat lalu.Jika yang datang berupa cemas, orang yang bersangkutan menjadi amat rentan terhadap berbagai masalah dalamkehidupan. Kecemasan itu juga bisa membuatnya panik secara mendadak. Ada lagi gangguan mental yang punya nama keren, agorafobia.Ini rasa takut yang hebat terhadap tempat-tempat yang di dalamnya terdapat orang banyak, seperti pasar atau kerumunan.Gangguan ini muncul terutama setelah terjadinya kerusuhan.Tak heran, penderita agorafobia akan ketakutan setengah mati, jika melihat orang bergerombol. Sama takutnya dengan menyaksikan adegan desak-desakan di mana pun adanya. Orang agorafobia bahkan tidak berani naik bus kota yang penuh sesak.Lain lagi dengan hidrofobia, yang dikenal sebagai gangguan "takut air". Gangguan itu muncul terutama bila seseorang sudah pernah mengalami banjir besar yang membuatnya terisolasi di satu tempat tinggi, atau harus berjongkok di atas genteng selama berjam-jam, bahkan berhari-hari, sembari menunggu bala jemputan dan tim penyelamat.Masih seputar penyakit mental, tak sedikit orang yang karena stres lantas menderita thanatofobia alias takut mati. Pada orang yang mengalami thanatofobia, saking merasa terancamnya, ia sampai mengalami kondisi panik hebat, jantung berdebar-debar, dan sesak napas.Ketika penderita menganggap debaran jantung dan sesak napasnya kian mengkhawatirkan, biasanya ia akan buru-buru "melarikan diri" ke rumah sakit. Tentu saja, setelah diperiksa, tak ditemukan gangguan fisik apa pun. Maklum, ia sebenarnya sama sekali tidak menderita sakit jantung atau paru-paru. Ketakutan hebatlah yang menyebabkannya seolah-olah mengidap penyakit jantung atau paru-paru.Dari artikel "Gatotkaca Terserang Stres" oleh dr. Witjaksana M. Roan DPM dalam buku "Mind Body and Soul" (2005).