Intisari-Online.com - Pernah mendengar istilah "fobia sosial" dan "skizofrenia"? Berikut ini penjelasannnya!Fobia sosial sebenarnya merupakan gangguan cemas ringan, tapi ia bisa membuat seseorang menjadi invalid. Awal mulanya, orang tidak akan merasa terhambat, tapi lama-kelamaan ia akan merasa terganggu.Penderita fobia sosial selalu menghindari bepergian sendiri. Pasalnya, ia akan merasa canggung bila harus duduk dan makan-minum sendirian di restoran. la pun tak berani tampil di depan pentas, memberikan kuliah, atau memimpin rapat.Penderita akan berubah menjadi orang yang amat sensitif, bila sedang berada dalam kelompok manusia. Di situ ia sering merasa dipermalukan, terganggu, dan malu.Produk stres lainnya adalah anksietas dan panik. Penderitanya paling banyak pergi ke poliklinik kejiwaan atau psikiater. Cirinya, merasa amat mudah jatuh ke dalam kecemasan yang besar, misalnya ketika harus pergi dengan teman-temannya. Padahal, saat berangkat dari rumah tidak ada masalah apa-apa. Tak heran, setelah hampir tiba di tempat yang dituju, orang dengan gangguan anksietas malah ketakutan dan minta diantar pulang.Stres dapat pula menggiring seseorang menderita obsesif kompulsif, gangguan yang ditandai berulangnya satu ingatan, pikiran, gagasan, atau lagu yang selalu muncul dalam kalbu. Pengulangan ini sangat boleh jadi mengganggu, jika penderita tidak kuasa untuk mengenyahkannya dengan mudah.Contohnya, ingin menengok dan selalu ingin menyusuri jalan yang baru saja dilalui, karena ia merasa melihat orang terserempet mobil atau terjatuh, meski faktanya tidak demikian.Gangguan skizofrenik juga tergolong gangguan jiwa berat yang kronis akibat tak kuasa menahan stres. Pemunculannya ditandai adanya alam pikiran yang seolah-olah disedot keluar oleh tenaga tertentu, atau masuknya buah pikiran yang tidak dikehendaki.Penderita kadang merasa pikirannya dikontrol oleh suatu kekuatan dari luar, sehingga segala sesuatu yang dilakukannya bukanlah atas kehendak pribadi.Skizofrenia biasanya disertai pula dengan halusinasi, yakni persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan eksternal. Misalnya, seseorang merasa melihat sebuah objek, padahal objeknya jelas-jelas tidak ada.Atau, ia mendengar sebuah ucapan, yang tidak pernah dan tidak ada orang yang mengucapkannya.Tak jarang penderita merasa ada kelompok mafia sedang mengintai nyawanya, meski seumur hidup dia belum pernah berurusan dengan mafia.Ada pula gangguan mental yang dikenal sebagai depresif. Penderita biasanya menjadi sering murung, sedih, merasa dirinya tak berharga, serta berhari depan suram. Tak jarang ia punya keinginan bunuh diri.Minat dan rasa gembiranya hilang, mudah lelah, kegiatan kian kendur, daya konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan percaya dirinya turun. Kadang muncul rasa berdosa terhadap orang lain, meski sebenarnya ia tidak pernah melakukan kesalahan yang dimaksud.Dari artikel "Gatotkaca Terserang Stres" oleh dr. Witjaksana M. Roan DPM dalam buku "Mind Body and Soul" (2005).