Advertorial

Karena Rutin Bersedekah Kasih Sayang, Yeni Merasa Hidupnya Jadi Lebih Lapang dan Dimudahkan

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Ia pendiri Komunitas Taufan, sebuah komunitas yang peduli terhadap hidup anak-anak penderita kanker dan penyakit berisiko tinggi lainnya.
Ia pendiri Komunitas Taufan, sebuah komunitas yang peduli terhadap hidup anak-anak penderita kanker dan penyakit berisiko tinggi lainnya.

Intisari-online.com -Yeni Dewi Mulyaningsih (43) terlihat begitu sibuk saat berada di area ruang bedah anak (Bch) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Tangan dan mulutnya tak henti bergerak, memberikan instruksi untuk memastikan pasien dan keluarganya agar mendapatkan segala keperluannya.

Sambil tersenyum, Yeni menyapa Hasmiana (37) dan Asyila (5) yang berada di ruang tunggu Bch.

Yeni menanyakan kondisi Asyila yang sebelumnya mesti bolak-balik ke rumah sakit karena penyakitmiastenia gravis(penyakit autoimun kronis berakibat pelemahan otot) yang dideritanya.

BACA JUGA:Kisah Keanu Reeves yang Mengiris Hati, Anomali Selebritas Holywood

Yeni bukanlah dokter ataupun perawat. Ia pendiri Komunitas Taufan, sebuah komunitas yang peduli terhadap hidup anak-anak penderita kanker dan penyakit berisiko tinggi lainnya.

Hari itu, Yeni bersama relawan lainnya, mengunjungi beberapa pasien anak di RSCM.

Berdirinya komunitas ini bermula saat Yeni kehilangan buah hatinya, Taufan (5), karena leukimia tipe AML. Selama dua tahun Yeni mesti bolak balik rumah-RSCM untuk menemani anaknya melawan penyakit tersebut.

Sayang, Tuhan berkendak lain. Kanker darah itu akhirnya merenggut nyawa buah hatinya.

BACA JUGA:Satu Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Memberikan 6 Tanda Ini

Bermodalkan pengalamannya selama dua tahun merawat Taufan, Yeni pun bertekad untuk membantu anak-anak penderita kanker.

" Tiga kali dalam seminggu saya datang ke bekas ruang perawatan Taufan. Melihat anak-anak lainnya yang sakit dan memberi dukungan pada orangtua mereka," ujarnya.

Bersama para relawan lainnya Yeni turut menyemangati, memberikan edukasi, hingga menyediakan konseling motivasi kepada orangtua pasien.

Seiring bergulirnya waktu, Yeni mulai merasakan perubahan dalam hidupnya. Mulanya, kegiatan yang ia lakukan memang kerap menghadirkan kenangan pahit.

Lama-kelamaan Yeni justru mendapatkan pencerahan. Ia merasakan kepuasan dan kebahagiaan tak terhingga saat menolong orang lain.

“Taufan mungkin sudah tidak ada lagi, tapi saya masih bisa melihat Taufan lainnya. Bahkan lebih banyak lagi Taufan yang bisa saya peluk,” ujarnya sambil tersenyum.

Selama aktif menggerakkan Komunitas Taufan, Yeni mesti rela meninggalkan bisnis yang ditekuninya. Pemasukan keuangan keluarga hanya dari penghasilan suami.

BACA JUGA:Doa yang Menggoyang Langit dan Mengeringkan Samudra

Di sisi lain, Yeni juga sering merogoh uang dari kocek pribadinya untuk membatu para pasien.

Namun, uniknya, Yeni tak pernah lagi merasakan kesulitan finansial seperti dulu. Ia mengaku selalu seperti diberi kemudahan oleh Tuhan dalam menghadapi berbagai masalan.

“Sekarang semuanya bisa berjalan lacar, perekonomian keluarga juga stabil dan membaik,” aku Yeni. Selain itu, ia juga merasa suaminya semakin bijak dalam mendampingi hidupnya.

Well, benar juga kata pepatah bahwa tidak ada orang yang jatuh miskin karena memberi.

BACA JUGA:Kisah Windi, Anak 'Bodoh' yang Bisa Menggambar dengan Sangat Indah. Karena Kecerdasan Bukan Hanya Soal IQ!

Artikel Terkait