Intisari-Online.com -Sesosok badut menyeramkan bergentayangan di pemakaman Rosehill Chicago, Amerika Serikat. Sekilas seperti adegan di novel Stephen King. Kini, sesosok badut itu telah berhasil membuat cemas penduduk di sekitar pemakaman.
Sosok itu, ia mengenakan kostum badut berwarna kuning dan wig pelangi. CBS Chicago melaporkan, badut itu kerap melambai-lambaikan tangan kepada orang atau pengendara yang lewat di pemakaman sejak awal bulan ini.
Salah satunya adalah Julia Graham. Ia mengemudi di dekat pemakaman bersejarah itu ketika melihat badut berlari menuju gerbang utama, sekitar pukul 22.00. “Ketika kami lebih dekat, kami menyadari itu badut, yang super aneh,” ujar Julia. “Maksudku, ini orang telah melakukan berbagai usaha—dan menjadi benar-benar tampak aneh.”
Badut itu akhirnya melihat kendaraan Julia, dan perlahan-lahan berbalik arah sembari melambaikan tangan dengan memasang raut muka meresahkan. Menurut UPI.com, pasangan itu menangkap sinyal aneh pada ponselnya sebelum badut itu benar-benar pergi.
Hingga kini, identitas sebenarnya badut itu belum terlacak. Pejabat pemakaman mengatakan kepada Chicagoist.com, belum ada laporan vandalisme selama sas-sus ini bergulir.
Sementara itu, polisi Chicago menyebut belum ada penampakan badut lagi selama beberapa minggu terakhir. Meski demikian, sebagian warga sudah mulai resah dengan kemunculan sosok-sosok aneh tersebut. Tampaknya mereka trauma dengan badut-badut yang menyeramkan.
Pada Oktober 2013, Alex Powell (22), seorang mahasiswa di Northampton, Inggris, membuat sensasi di seluruh dunia ketika ia membuat panik penduduk setempat dengan berdandan ala “Pennywise”, badut yang muncul dalam novel Stephen King, It.
Tak hanya itu, pada Maret 2014, sesosok berkostum badut terlihat berkeliaran di jalan-jalan di State Island. Oktober lalu, para pejabat di Bakersfield, California, harus berurusan dengan setidaknya 16 laporan tentang orang-orang berpakaian badut yang bersenjatakan parang dan tongkat bisbol.
Pertanyaannya, mengapa begitu banyak orang memakai kostum badut—untuk membuat teror?
Steven Schlozman, psikiater Harvard Medical School, mengatakan kepada Vulture.com, tahu lalu, ketakutan terhadap badut berkaitan erat dengan ketakutan diri sendiri atas kegagalan.
“Badut, menurut definisi, seharusnya membuat kita tertawa, tapi latar belakang kenapa kita takut adalah karena mereka kita takut gagal, dan kita memiliki itu di belakang pikiran kita: takut bahwa kita tidak akan benar-benar dapat melakukan apa yang dirancang untuk bisa kita lalukan,” ujar Schlozman. (Huffington Post)