Advertorial

Mantan Anggota Al Qaeda Asal Indonesia: Begini Cara Jaringan Teroris Indonesia Mendapatkan Senjata

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Senjata-senjata tersebut bukanlah senjata rakitan, melainkan senjata asli buatan pabrik. Ada yang dari Aceh, ada yang dari Jakarta.
Senjata-senjata tersebut bukanlah senjata rakitan, melainkan senjata asli buatan pabrik. Ada yang dari Aceh, ada yang dari Jakarta.

Intisari-Online.com -Soal ramai-ramai terorisme ini, banyak yang bertanya: dari mana jaringan teroris Indonesia mendapatkan senjata untuk melakukan teror?

Untuk menjawab hal itu, mantan anggota Al Qaeda asal Indonesia, Sofyan Tsauri, mengungkapkan sejumlah fakta.

Salah satunya soal bagaimana kelompok teroris mendapatkan senjata api.

Sofyan mengungkap, kelompok teroris dapatkan senjata dari sosok yang tidak terduga.

Kita tahu, beberapa waktu lalu narapidana kasus terorisme membuat kerusuhan di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat.

Baca juga:(Foto) Beginilah Situasi Latihan Pasukan Khusus TNI Menggunakan Peluru Tajam ketika Menyerbu Sarang Teroris dan Membebaskan Sandera

Tak berselang lama para teroris kembali melancarkan aksinya.

Kali ini mereka menyerang sejumlah tempat di Surabaya. Tiga gereja di Surabaya dipilih menjadi tempat pengeboman.

Selain di tiga gereja yang jaraknya tidak terlalu berjauhan, ledakan juga terjadi di Rusunawa Wonocolo, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur.

Keesokan harinya, Senin (14/5), aksi bom bunuh diri kembali terjadi di Polrestabes Surabaya.

Kembali ke pertanyaan awal, sebenarnya dari mana para teroris itu mendapatkan senjata?

Sofyan Tsauri membeberkan semuanya.

Dikutip TribunJakarta.com dari akun Youtube Trans TV Official, Sofyan yang hadir di acara “Pagi-Pagi Pasti Happy” menungkapkan, senjata yang diperoleh kelompok teroris berasal dari beberapa pihak.

Pria yang dijatuhi hukuman penjara 10 tahun itu juga mengungkap dirinya yang menyiapkan segala senjata yang diperlukan kelompok terorisnya.

“Saya sendiri yang menyiapkan semua senjata itu,” jelas Sofyan, Kamis (17/5).

Baca juga:Mengenal 'The Mother of Satan', Senjata Tak Terlihat ISIS dalam Situasi Medan Perang

Ia juga mengatakan saat itu kelompok terorisnya memiliki senjata api sebanyak 30 buah.

Senjata-senjata tersebut bukanlah senjata rakitan, melainkan senjata asli buatan pabrik.

“Ada 30 pucuk senjata, bukan senjata rakitan, semua senjata pabrikan,” ungkap Sofyan.

Pria yang mengaku kini telah bertaubat, mengatakan dirinya memperoleh senjata dari Aceh dan Jakarta.

“Kami dapat dari Aceh, dari Jakarta,” ujar Sofyan.

Siapa sangka senjata-senjata itu juga diperoleh dari oknum polisi yang nakal.

“Ada yang kita beli dari anggota oknum yang nakal,” jelas Sofyan.

Menurut Sofyan oknum polisi yang menjual senjatanya mungkin karena terdesak kebutuhan ekonomi.

“Pada saat itu memang ada, mungkin karena kebutuhan ekonomi,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan oknum kepolisian yang menjual senjata pada dirinya saat itu tak tahu senjata-senjata tersebut akan dipergunakan oleh kelompok teroris.

Sekedar informasi sebelum memutuskan jadi teroris, Sofyan adalah anggota kepolisian.

Sofyan mengatakan oknum yang menjual senjata padanya saat itu percaya jika dirinya adalah anggota polri.

“Mereka enggak tahu, karena yang jual ini masih percaya saya anggota polri,” jelas Sofyan.

Demi memuluskan aksinya Sofyan yang telah dipecat dari kepolisian, mengenakan seragam polisi.

“Saya beli juga pake baju polri, padahal waktu itu saya sudah dipecat,” jelasnya.

“Mereka kira saya polri, padahal saya teroris,” tambahnya. (Rr Dewi Kartika H)

Baca juga:Terungkap, Pelaku Bom Di Gereja Surabaya Ternyata Keponakan Jaringan Teroris Bom Bali 1!

Artikel ini sebelumnya tayang di Tribun Jakarta, selengkapnya di sini

Artikel Terkait