Intisari-Online.com - Cerita tentang kotoran manusia jatuh dari langit cerah telah menjadi salah satu wujud berita aneh yang muncul di media. Kotoran manusia yang jatuh tersebut merupakan produk sampingan yang tidak biasa dari Zaman Penerbangan, datang seperti halnya pesawat yang lewat di atas kepala kita.
Sebagai upaya "menumpahkan" cahaya pada “materi gelap” ini, berikut fakta-fakta tentang kotoran yang jatuh dari pesawat yang tidak banyak diketahui orang:
1) Langsung dibuang setelah ditampung di dalam kaleng
Contoh paling awal yang tercatat tentang kotoran manusia (namun bukan tinja) yang jatuh dari pesawat muncul pada Mei 1927 saat Charles Lindbergh terbang nonstop dari New York, AS, ke Paris, Perancis.
Dalam suatu pertemuan, setelah perjalanan tersebut, Raja George V dari Inggris bertanya kepada Lindberg bagaimana dia bisa buang air selama penerbangan. Lindberg menjelaskan bahwa ia telah pipis ke dalam sebuah wadah aluminium yang kemudian dijatuhkan di suatu tempat di atas Prancis.
2) Langsung dibuang ke laut
Selama tahun-tahun awal penerbangan, umumnya limbah dalam wadah langsung dibuang ke laut bahkan toilet onboard hanya berupa sebuah lubang di lantai. Asumsinya, limbang akan menguap sebelum menyentuh tanah. Baru pada 1930-an pesawat komersial mulai membuat wadah untuk kotoran yang terintegrasi, yang akan dipompa keluar setelah mendarat.
3) Kotoran dari penerbangan jarak jauh lebih berbahaya
Dimulainya rute penerbangan komersial antar benua di pertengahan abad ke-20 mendorong pesawat terbang lebih tinggi dari permukaan. Jika wadah penampung kotoran bocor, maka kotoran yang jatuh akan membeku untuk kemudian berubah jadi potongan-potongan yang kadang cukup besar. Tentu saja ini jauh lebih berbahaya ketika menimpa manusia atau rumah mereka.
4) Mulai menjadi berita utama
Pada September 1957, sebuah balok es seberat 45 kg jatuh di Pennsylvania, AS, menabrak atap sebuah bangunan kosong. Pada akhir tahun, potongan lainnya jatuh di Philadelphia, Bernville, Shamokin, dan Camp Hill. Pengujian Dinas Kesehatan Masyarakat AS menemukan beberapa es ini mengandung “sabun dan serat handuk” yang berarti bukan berasal dari fenomena meteorologi.
5) Munculnya istilah "Blue Ice"
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR