Advertorial
Intisari-Online.com – Agama tidak begitu penting lagi bagi kehidupan masyarakat Eropa kebanyakan. Karenanya banyak tempat peribadatan agama, yang kosong ditinggalkan para pemeluknya.
Apakah agama benar-benar hilang eksistensinya? Secara fisik, ya.
Tetapi nilai-nilai agama tentang kejujuran, kemanusiaan, saling menghargai, kerja keras, transparansi, disiplin dan ketertiban, kebersihan dan cinta lingkungan, hormat pada sesama, melindungi kaum lemah, dst, telah diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari dan dianggap sudah final.
Agama, di Eropa pada akhirnya menjelma menjadi wujudnya yang nyata yaitu peradaban (tatanan-ketertiban kehidupan bermasyarakat).
Baca juga: Ketika Makanan Menjadi Jembatan Perdamaian di Yerusalem, Kota Suci Bagi 3 Agama Sekaligus
Demikian kesimpulan orang-orang Eropa yang kujumpai dan banyak berdiskusi denganku baik di Benelux, Germany, France, Swiss, Skandinavia Utara, hingga akhir-akhir ini di UK.
Aku suka merenung soal wujud agama sebagai peradaban Eropa yang Islami ini. Seringkali aku justru merenung mengapa di Indonesia yang banyak penduduknya masih menganggap penting agama, tetapi peradaban tak segera terwujud nyata.
Agama dan tempat ritual di Eropa masih ada artefaknya. Tatkala aku hendak terbang dari bandara Internasional Glasgow, Scotland, UK menuju Jakarta Indonesia, aku sengaja hendak salat sebagai kebiasaan muslim Indonesia kebanyakan di bandara tersebut.
Sangat sulit mencari tempat salat di banyak tempat umum di kota-kota besar Eropa. Juga di Glasgow ini. Begitu tadinya bayanganku.
Baca juga: Kota Kuno Mahasthangarh, Rumah dari Tiga Kerajaan dan Tiga Agama
Akan tetapi, aku sangat terperanjat tatkala mendapati interfaith prayer room di bandara ini.
Bandara Glasgow ternyata menyediakan tempat berdoa/salat yang bisa digunakan bersama-sama (sharing) antara agama Islam, Kristen/Nasrani dan Yahudi.
Di tempat ini, aku hamparkan sajadah yang tersedia dengan baik, lalu salat seperti biasa. Salat di depan altar gereja kecil yang sederhana tetapi indah.
Demikianlah orang Eropa berusaha menghargai mereka dari Asia yang masih menempatkan agama di tempat yang penting.
Dengan menyatukan prayer room bagi semua pemeluk agama samawi, tempat ini menyatukan dan mewadahi rasa ingin bertenggang rasa bagi para pemeluk antar berbeda agama. (Arya Hadi Dharmawan – Intisari )
Baca juga: Mulianya Hati Ojek Online ini Gratiskan Untuk Penumpang yang Pergi Ibadah Tanpa Pandang Agama