Di Bangladesh, Membunuh Tikus Dianggap sebagai Olahraga

Moh Habib Asyhad

Editor

Di Bangladesh, Membunuh Tikus Dianggap sebagai Olahraga
Di Bangladesh, Membunuh Tikus Dianggap sebagai Olahraga

Intisari-Online.com -Abdul Khaleq Mirbohor dinobatkan sebagai juara pembunuh tikus setelah membunuh lebih dari 160 ribu tikus. Di tempat lain mungkin penghargaan ini terasa aneh, tapi tidak di Bangladesh. Di Bangladesh, membunuh tikus dianggap sebagai olahraga. Jadi jangan heran jika Mirbohor mendapatkan predikat itu.

Mirbohor mendapat hadiah sebesar US$250 (sekitar 3,3 juta) setelah membunuh 161.220 tikus sepanjang tahun ini. Tak hanya itu, seperti dilaporkan Yahoo UK, petani 55 tahun itu juga menerima gelar juara pembunuh tikus pada sebuah upacara yang diadakan di Dhaka, Rabu (7/10).

“Mirbohor adalah pembunuh yang penuh gairah. Dalam upacara tersebut, ia mengatakan kepada pejabat bahwa tidak ada yang membuatnya lebih senang daripada membunuh tikus yang menggerogoti tanamannya,” ujar Abdul Kalam Azad, kepala unit perlindungan tanaman di negara itu, kepada AFP.

Perlu diketahui, kegiatan membunuh tikus di Bangladesh digagas sebagai bagian dari kampanye nasional untuk memberantas tikus yang merusak tanaman. Dalam data terbaru dari Departemen Pertanian setempat, sekitar 1,5 juta hingga dua juta makanan ludes dimakan oleh binatang pengerat itu.

Secara keseluruhan, para petani di Bangladesh telah membunuh sekitar 13 ribu tikus tahun ini. Aksi ini dianggap telah menyelamatkan pasokan makanan yang jika diuangkan senilai US$25 juta (sekitar Rp333,3 miliar).

Untuk membunuh tikus-tikus itu, Mirbohor melibatkan banyak orang, terutama para perempuan. Ia kemudian mengumpulkan ekor-ekor tikus tangkapannya itu dan melaporkannya kepada kantor setempat untuk dibuat hitungan resminya.

Di luar aktivitas “kompetisi membunuh tikus” itu, petani lokal sejatinya telah memburu tikus sejak 1996. “Saya suka membunuh mereka. Mereka adalah musuk negara dan masyarakat. Mereka melahap biji-bijian, kacang tanah, dan menyebarkan penyakit,” ujar Mirbohor dalam sebuah pernyataan.

Borhan Uddin, salah seorang pejabat setempat, mengakui kapasitas Mirbohor sebagai pemburu tikus. Tak segan-segan, ia bahkan menyebutnya sebagai Pied Piper lokal.

Jika di Bangladesh tikus dibunuh karena dianggap hama, maka di Afrika mereka adalah penyelamat. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Daily Offbeat, tikus-tikus yang terlatih bisa mengendus keberadaan ranjau darat mematikan. Mereka dianggap sebagai pahlawan karena kemampuan mereka mendeteksi bom dalam waktu 20 menit. (Daily Offbeat)