Intisari-Online.com - Sepasang orangtua melarang anak-anak mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan tugas-tugas sekolah lainnya selama berada di rumah. Ketimbang mengerjakan PR, Scott dan Clare Crew mengajak anak-anak mereka, Neve (7), Dean (6), dan Jade (3) melakukan aktivitas bebas bersama di rumah.
Clare, yang pernah berprofesi sebagai seorang guru, meyakini bahwa melakukan kegiatan yang memperkaya pengalaman hidup akan menciptakan perkembangan otak yang kuat. Kegiatan-kegiatan seperti itu, ujar Clare, adalah saat di mana anak bisa bermain sekaligus belajar.
"Mereka menggunakan indera mereka dan mereka menggunakan waktu tersebut untuk mengisi kembali energi mereka sehingga siap untuk pergi ke sekolah esok hari. Kami pergi ke taman bermain, beraktivitas di luar ruangan, dan perkembangan otak pun lebih kuat. Mereka berantakan, mereka menggunakan indera mereka," jelas Clare.
Keluarga yang berasal dari Adelaide, Australia, tersebut menyarankan agar orangtua lainnya mempertimbangkan tentang manfaat anak mengerjakan PR. Menurut Clare, PR tidak memberikan manfaat terhadap prestasi akademik anak.
"Mereka (para guru) bisa saja memberikan PR. Akan tetapi, akhirnya ini adalah keputusan kita dan keputusan anak-anak kita untuk mengerjakannya atau tidak," tutur Clare.
Sebuah riset menunjukkan bahwa anak-anak di Australia menghabiskan setidaknya tujuh jam sehari untuk mengerjakan PR. Akibatnya, 71 persen orangtua merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu untuk memiliki waktu berkualitas bersama anak-anak mereka.
(Sakina Rakhma Diah Setiawan/kompas.com)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR