Intisari-Online.com -Jilin Construction University di China dikabarkan telah membuat aturan yang terdengar kurang populer yaitu melarang mahasiswa yang berpasangan saling berpegangan tangan dan makan bersama di kantin. Pihak universitas menyebut aturan ini sebagai upaya “mencegah tindakan tidak beradab” di kalangan mahasiswa.
Bagaimana respon publik? Oh, tentu saja bermacam-macam.
Menurut salah seorang guru, pengawasan yang ketat ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa “mengembangkan diri menjadi pribadi yang beradab.” Di sisi lain, aturan ini kabarnya menjadi bahan olok-olokan para mahasiswa, juga para pengguna media sosial di Negeri Tirai Bambu.
Dengan menggunakan beberapa kamera pengintai, pengawasan ini secara khusus memantau perilaku para mahasiswa di kantin. Seorang asisten dosen, seperti dilaporkan sebuah surat kabar lokar, menginstruksikan para mahasiswanya yang tengah jatuh cinta untuk tidak melakukan kontak fisik atau terlibat dalam perilaku, yang oleh kampus dikategorikan sebagai, “tidak senonoh”.
Guru yang tidak mau disebut namanya itu juga menyebut bahwa ini sebagai langkah pencegahan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Norma ini diharapkan bisa menyadarkan para mahasiswa dan memupuk mereka menjadi pribadi yang beradab,” ujarnya.
Seperti sudah diperkirakan, aturan ini tak luput dari olok-olokan. Seorang mahasiswa bahkan mengatakan: “Aturan ini aneh dan sangat lucu. Ini abad ke-21, sebagai orang dewasa, kita tidak akan berani melakukan hal-hal yang sangat eksplisit di tempat umum. Menurut saya, aturan ini tidak perlu.”
Meskipun demikian, ada beberapa orang yang mendukung diperlakukannya aturan ini. “Saya menyukai norma ini,” tulis salah seorang pengguna media sosial di China. “Ini adalah hadiah dari Universitas kepada mahasiswa jomlo menjelang Single’s Day yang jatuh pada bulan ini.”
“Kamera kami telah terpasang dan siap memastikan keamanan. Saya senang karena itu bisa mencegah perilaku yang tidak beradab. Tapi saya akui, saya belum pernah melihat orang saling menyuapi satu dengan yang lain di kantin,” salah seorang pekerja kantin menambahkan.(Independent)