Intisari-Online.com – Seorang rohaniwan bercerita ketika bertugas di suatu daerah perbukitan. Kebanyakan anak muda di tempat tersebut bersekolah di kota yang jaraknya sekitar 12 km.
Ada seorang pemuda yang sekolah di sebuah SPG di kota kecil tersebut. Pemuda tadi pergi dan pulang sekolah dengan naik sepeda menempuh jarak 24 km setiap hari.
Suatu ketika sang rohaniwan melihat bahwa pemuda tadi pulang sekolah memboncengkan pacarnya. Di suatu tanjakan, pacarnya bertanya kepada pemuda tadi, “Mas, kuat tidak?” Dengan penuh semangat pemuda tadi berkata, “Kuat!” Napasnya terengah-engah, otot-otot lehernya terlihat menonjol, dan pinggulnya sampai terangkat dari sadel sepeda. Setelah susah payah, pemuda tadi akhirnya berhasil mengantarkan pacarnya sampai di atas.
Di hari lain pemuda yang sama memboncengkan ibunya dengan sepeda yang sama dan di jalan yang sama. Ketika sampai di tanjakan yang sama, pemuda tadi minta agar ibunya turun dari boncengan. Rohaniwan itu menyimpulkan bahwa kekuatan batin itu memang ada.
Peristiwa tadi hanyalah simbolik dari kehidupan nyata, yaitu bahwa yang kita pikul dalam hidup ini kadang berat dan kadang ringan. Kuat tidaknya kita, itu tergantung pada kekuatan batin kita. Seberat-beratnya beban hidup yang kita pikul, asalkan ada kekuatan batin atau kekuatan iman dari Dia Yang Mahakuasa, maka kita pun akan mampu membawanya. Bila kita merasa berat dan tak mampu, barangkali batin kita jauh dari Dia yang menjadi sumber kekuatan.