Intisari-Online.com - Semua dari kita banyak yang tahu dan melihat rotan sebagai produk kerajinan atau mebel. Namun, banyak yang tidak tahu sosok asli rotan di hutan. Di sini, rotan memiliki fungsi lain.
Rotan, tergolong tumbuhan memanjat atau liana, termasukfamily Palmae atau Arecaceae, sub family Calamoideae. Ada 13 genus rotan yang terdiri dari sekitar 600 species. Genus rotan terbesar adalah Calamus, meliputi 370 species. (J. Dransfield dalam Unasylva No 205). Secara fisik bila kita melihat daunnya mirip dengan daun salak dan mirip juga dengan daun sagu. Kemiripan ini mungkin karena ketiga tumbuhan ini satu family yaitu Palmae. Batang rotan panjangnya dapat mencapai ratusan meter, berdiameter 2 - 5 cm, beruas-ruas mirip tebu, berduri tajam dan keras, yang fungsinya kemungkinan untuk melindungi diri dari serangan pemangsa, hewan dan manusia. Duri tajam dan keras menjadi tumpuan tumbuhan ini untuk memanjat.
Rotan termasuk hasil hutan non-kayu yang penting. Sekitar 70% pasokan rotan dunia berasal dari Indonesia, walaupun akhir-akhir ini diketahui industri produk rotan di Cirebon, Solo, dan Surabaya dikabarkan kurang menggembirakan. Penyebab kemunduran industri rotan menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat karena kesulitan bahan baku dan desain yang kurang bagus. Dengan demikian rotan adalah komoditi dagang yang penting, baik bagi pengumpul di hutan, bagi para tengkulak, eksportir dan industri mebel dan kerajinan.
Selain komoditi dagang dan bahan baku industri, ada satu fungsi rotan yang saya sebut penyelamat jiwa. Benarkah? Saya akan menceritakan kejadian pada bulan April 1981 ketika saya dan teman-teman seolah ditolong rotan saat didera kehausan di hutan. Bila ada peribahasa "Tak ada rotan akar pun jadi", saya mengalami fakta sebenarnya, "Tak ada air minum, rotan benar-benar sangat berguna".Suatu hari di hutan Sulawesi Tengah antara Kolonedale - Bungku, saya dan beberapa teman dari Bogor sedang melakukan surve darat meneliti calon area transmigrasi. Saat masuk hutan sekitar pukul 08.00 Waktu Indonesia Tengah, setiap orang hanya membawa air minum dan makanan dalam jumlah terbatas, dengan perhitungan penjelajahan hutan tidak akan berlangsung lama. Di luar perkiraan, sampai pukul 14.00 kami masih di dalam hutan dan turun ke kampung terdekat kemungkinan masih dua jam lagi. Rombongan mulai gelisah karena persediaan air minum sudah habis. Kami kehausan, ke mana mencari air? Sungai pun tak ada.
Dalam keadaan sedikit bingung, alhamdulilah kami melihat tumbuhan memanjat di antara pohon dan belukar. Ya, kami mengenali tumbuhan memanjat itu adalah rotan. Ramai-ramai kami menebas batang rotan sebesar jempol kaki orang dewasa yang kami temui itu. Dari potongan batang rotan menetes air yang rasanya agak sepet mengobati dahaga kami.Benar-benar bersyukur bertemu rotan di hutan Sulawesi Tengah. Rotan memang sudah dikenal dalam keadaan darurat menjadi penyelamat penjelajah hutan yang kehabisan air minum.