Intisari-Online.com – Seorang artis tengah dirundung malang. Lantaran mencandu narkoba, ia terserang penyakit maut HIV. Kini ia tergolek sekarat di rumah. Seorang teman datang mencoba menghibur dan meneguhkan imannya. Namun dosa-dosa yang telah diperbuat membutakan mata si artis. Ia putus asa.
“Aku berdosa,” akunya melas, “Aku telah menghancurkan hidupku dan kehidupan banyak orang di sekelilingku. Kini aku akan tersiksa di neraka. Tak ada lagi yang bisa kuperbuat.”
Dari sisi tempat tidurnya, sang teman melihat sebuah potret gadis kecil yang cantik terpigura di atas meja. “Ini foto siapa?” katanya. Mendengar pertanyaan itu sang artis antusias, semangat hidupnya tergerak kembali, “Oh, itu foto putriku. Dialah mutiara hidupku, ia satu-satunya yang indah dalam hidupku.”
“Apakah kamu akan menolongnya bila ia mendapat kesulitan, atau melakukan kesalahan? Maukah kamu memaafkan dia? Apakah kamu masih mencintainya?”
“Tentu saja.” Jawab sang artis antusias. “Aku akan lakukan apa pun demi dia. Mengapa kau lontarkan pertanyaan seperti ini?”
“Saya ingin kau tahu,” jawab sang teman, “bahwa Tuhan juga memiliki foto dirimu di atas meja-Nya.”
Wajah artis itu terkesiap. Sudah terlalu lama ia tidak mendengar kata Tuhan, apalagi mengucapkannya. Sastrawan Rusia, Leo Tolstoy, dalam karyanya Last Diaries pernah menulis, "kamu selalu saja berpikir tentang orang lain, padahal Tuhan selalu memikirkan kamu." Apalagi sesungguhnya, Tuhan itu sering mengunjungi kita, namun kita kerap kali tidak ada di rumah. (Intisari)