Intisari-Online.com – Di sebuah taman yang indah dan permai seekor burung tertawa terpingkal-pingkal karena mendengarkan perbincangan sepasang manusia yang sedang dimabuk asmara.
“Benarkah Mas Tata mencintai aku?”
“Aku benar-benar mencintai kamu, Dik Titi.”
“Aku ingin tahu seberapa besar cinta Mas Tata padaku.”
“Biarlah bumi menjadi saksi bahwa aku tidak akan bersanding dengan wanita lain kecuali Dik Titi. Gunung akan kudaki, lautan akan kuselami, dan badai akan kuhadapi untuk dapat membahagiakan kamu.”
“Oh, betapa bahagianya saya. Besok sore Mas Tata antarkan saya ke rumah Nenek, ya? Beliau sedang sakit keras.”
“Dengan senang hati, Dik Titi. Pasti saya akan mengantarkanmu, asalkan hari tidak hujan.”
Supaya murni, emas harus dibakar api. Demikianlah, cinta itu bak emas dan tantangan bak api. (Merenung Sambil Tersenyum)