Intisari-Online.com – Ada seorang tukang sepatu miskin yang membuka lapaknya di samping restoran mahal. Setiap hari, saatnya makan siang, tukang sepatu keluar dari lapaknya dan membawa makan siangnya berupa nasi dan kacang pergi ke belakang lapak. Sambil makan siang, ia mencium aroma masakan yang berasal dari dapur restoran sebelah.
Suatu hari tukang sepatu menerima faktur dari restoran untuk makan siangnya, dan ia pergi untuk berbicara kepada manajer restoran mengenai hal ini.
Manajer berkata, “Anda sedang menikmati masakan restoran saya saat Anda makan, jadi Anda harus membayar untuk itu!”
Tukang sepatu itu menolak untuk membayarnya. Restoran pun menggugatnya. Hakim bertanya kepada manajer restoran untuk bercerita di sidang pengadilan.
Manajer bercerita, “Setiap hari, tukang sepatu ini duduk dekat dapur kami dan menciumi aroma masakan kami sementara dia makan siang. Kami menambahkan nilai untuk makanan, dan kami dibayar untuk itu.”
Hakim kemudian meminta si tukang sepatu cerita dari sisi dirinya.
Tukang sepatu itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi mengantungi tangannya di saku celana dan mengguncangkan saku celananya sehingga terdengar suara gemerincing uang recehan di dalamnya.
“Apa artinya itu?” tanya sang hakim.
Tukang sepatu itu menjawab, “Saya membayar aroma makanan dengan suara uang saya.” (Bits & Pieces)