Ibuku Hanya Punya Satu Mata

Agus Surono

Editor

Ibuku Hanya Punya Satu Mata
Ibuku Hanya Punya Satu Mata

Intisari-Online.com - Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Itulah peribahasa yang kita peroleh waktu kecil. Peribahasa yang mengisyaratkan betapa luas dan mendalamnya kasih seorang Ibu. Apa pun akan dikorbankan demi kebahagiaan anaknya. Seperti cerita berikut.

"Ibumu hanya memiliki satu mata!" Itulah olok-olok yang aku terima dari teman-teman sekolah. Aku sangat malu akan hal itu. Apalagi Ibu tiap hari ke sekolah untuk mengantar makanan bagi murid dan guru-guru. Setiap melihat Ibu aku langsung kabur. Saya ingin Ibu lenyap dari pandangan mata saya.

Terkadang dalam pikiran saya berharap Ibu meninggal saja. Sehingga berakhir penderitaanku. Namun tak juga itu terjadi. Makanya, saya belajar dengan rajin dan berusaha memperoleh beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Ternyata usahaku berhasil.

Lalu aku menikah, membangun keluarga, membeli rumah, dan membesarkan anak-anak. Saya sangat bahagia dengan kehidupan yang saya rengkuh sehingga terlupakan kenangan masa kecil itu.

Sampai kemudian Ibu saya datang ke rumah dan anak-anak ketakutan saat melihatnya. Saya yang melihat hal itu langsung mengusir karena Ibu datang tanpa diundang. Ibu hanya berucap pendek, "Oh, maaf. Saya salah alamat!"

Suatu hari, sebuah undangan reuni sekolah masa kecil menghampiri rumah saya. Saya berbohong kepada istri akan melakukan perjalanan bisnis. Acara reuni itu berjalan beberapa hari. Selama itu saya menginap di hotel dan berencana mengunjungi Ibu setelah acara selesai.

Namun begitu sampai di pondok masa kecil, seorang tetangga memberi kabar bahwa Ibu baru saja meninggal. Saya tak meneteskan sedikit air mata pun. Tetangga itu lalu memberikan sepucuk surat yang dipesankan Ibu untuk diberikan kepada saya.

‘Anakku tersayang,

Saya selalu memikirkanmu setiap waktu. Saya mohon maaf telah lancang datang ke rumahmu dan membuat takut anak-anakmu.

Saya senang kamu mau datang ke reuni itu. Namun aku tak bisa turun dari tempat tidur dan menemuimu. Saya minta maaf karena memberimu rasa malu saat kau tumbuh menjadi remaja.

Aku mau bercerita soal itu. Ketika kamu masih kecil, kamu mengalami kecelakaan dan salah satu matamu harus dibuang. Sebagai Ibu aku tidak tega kamu menjalani sisa hidup yang masih panjang dengan hanya satu mata. Maka, aku berikan satu mataku untukmu.

Saya bangga pada akhirnya kamu bisa melihat dunia dengan kedua matamu.

Dengan segenap cinta tulusku kepadamu,

Ibumu’