Pohon 'Baik' Tak Berbuah 'Buruk'

Agus Surono

Editor

Pohon 'Baik' Tak Berbuah 'Buruk'
Pohon 'Baik' Tak Berbuah 'Buruk'

Intisari-Online.com - Seperti pohon apel yang selalu berbuahkan apel, kebiasaan baik Anda tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang buruk. Kisah berikut mempertegas hal itu.

Anton dan Beti adalah sepasang suami isteri. Kebetulan Anton memperoleh tugas kantor ke Bali. Pasangan ini merencanakan menambah hari di Bali untuk berwisata berdua. Putri semata wayang mereka yang sudah beranjak dewasa, Dinda, tak diajak serta karena sekolah belum libur.

Pagi itu, sesaat setelah puteri mereka berangkat ke sekolah dengan kendaraan umum, mereka juga segera berangkat ke bandara menggunakan taksi. Beti marasa senang karena sudah lama mereka tidak bisa liburan berdua saja. Ia sudah membayangkan suasana santai, lepas dari kesibukan sehari-hari.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba laju taksi melambat karena padat. Rupanya di sisi kiri jalan, terjadi kecelakaan. Sebuah mobil angkutan perkotaan terguling dengan posisi terbalik. Kerumunan orang yang bermaksud menolong para penumpang yang masih terjebak di dalam mobil membuat lalu lintas terhenti. Termasuk taksi Anton dan Beti.

Beti menjadi senewen. Bayangan telat sampai di bandara menari-nari di kepalanya. Anton justru terdiam, lalu turun untuk ikut membantu. Sudah wataknya kalau ia ringan tangan, suka membantu. "Sebentar ya Ma!" katanya sambil membuka pintu taksi dan beranjak keluar.

"Hey, mau kemana?! Sudah banyak yang menolong, enggak usah ikut-ikutan!" Beti berusaha mencegah Anton turun. Namun Anton sudah tertelan kerumunan orang.

Beti menjadi kesal. Dalam keadaan yang sulit sekalipun, termasuk saat itu, ketika mereka sebenarnya harus mengejar pesawat mereka ke Bali, Anton justru mendahulukan kepentingan orang lain.

Tiba-tiba, dari kerumunan itu muncul Anton sambil memapah dua orang gadis yang kepalanya berlumuran darah. Astaga! Salah satu dari dua gadis itu ia kenal betul! Ia adalah Dinda!

"Ya Tuhan!" teriaknya sambil meloncat keluar taksi mendapatkan Anton, Dinda dan teman sekolah yang rupanya berangkat bersama-sama pagi itu. Mereka segera melarikannya ke rumah sakit terdekat. Ada cedera kepala Dinda yang harus ditangani sesegera mungkin. "Untung anak ini mendapatkan pertolongan pertama yang cepat dan tepat," kata dokter yang menangani Dinda, "Kalau tidak bisa fatal."

Anton dan Beti memutuskan untuk membatalkan perjalanan mereka ke Bali. Meskipun perjalanan ke Bali sungguh-sungguh Beti inginkan, tetapi ia bersyukur bahwa kebiasaan baik Anton menolong dan membantu orang lain, telah menyelamatkan puterinya sendiri dari cedera yang serius. Betu bersyukur kepada Tuhan karenanya, dan merasa malu dengan dirinya sendiri karena sering ia begitu egois.