Ibnu Mas'ud adalah satu dari sekitar 30.000 pesantren di seluruh Indonesia.
Sebagian besar mendidik siswa dalam Islam dan mata pelajaran lainnya, namun beberapa terkait dengan ekstremisme dan bertindak sebagai pusat rekrutmen, kata polisi dan pejabat pemerintah Indonesia.
"Bukan domain kami"
Ibnu Mas'ud telah ada selama satu dekade, terlepas dari kaitannya dengan militan.
BACA JUGA: Menurut PBB, Ternyata Begini Cara Mengenali Pelaku Bom Bunuh Diri
Irfan Idris, kepala deradikalisasi badan nasional anti-terorisme di Indonesia, menyalahkan hukum dan birokrasi yang lemah karena tidak ada tindakan terhadap sekolah semacam itu.
"Pada dasarnya, ini bukan wilayah kami, ini adalah kementerian agama," katanya kepada Reuters. "Kami telah memberitahu kementerian bahwa Anda memiliki masalah dengan Ibnu Mas'ud."
Ditanya tentang hubungan sekolah dengan militan dan mengapa pesantren itu tidak ditutup, Kamaruddin Amin, direktur jenderal pendidikan Islam di Kementerian Agama RI, mengatakan: "Ibnu Mas'ud tidak pernah terdaftar sebagai pesantren."
Pemerintah daerah, Amin menambahkan, "telah meminta penjelasan mengenai status studinya namun tidak mendapat tanggapan."
Jumadi mengatakan Hatf belajar di Ibnu Mas'ud tapi dia tidak tahu tentang kepergiannya.
Dia mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya staf atau siswa yang bepergian ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, selain tiga guru dan satu siswa yang ditahan di Singapura tahun lalu.
Mustanah, mantan mahasiswa yang dideportasi dari Irak pada bulan Agustus, telah mengatakan kepada polisi bahwa beberapa mantan siswa dari Ibnu Mas'ud telah melakukan perjalanan ke Suriah.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR