Intisari-Online.com – Bagaimana kita menanggapi apa yang kita dapatkan dalam kehidupan kita setiap saat? Keberuntungan atau berkah? Ilustrasi berikut ini bisa sebagai cerminan apakah berkah atau keberuntungan semata yang kita peroleh. Seorang mandor bangunan yang sedang bekerja di lantai 4 memanggil seorang pekerjanya yang di lantai dasar. Sang mandor berkali-kali berteriak memanggil-manggil, tapi si pekerja tidak mendengarnya karena fokus pada pekerjaan dan bisingnynya alat bangunan serta suasana di sekitar bangunan. Merasa usahanya sia-sia, sang mandor melempar pekerjanya dengan uang Rp5.000. Si pekerja hanya memungut uang tersebut dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Sang mandor kembali melempar si pekerja dengan uang Rp100.000 berharap pekerja yang dipanggilnya mau menoleh sejenak ke atas. Dengan girangnya si pekerja memungut uang Rp100.000 tersebut sambil melompat-lompat, namun tidak sedikitpun menoleh ke atas, malah kembali melanjutkan aktivitasnya. Pada akhirnya, sang mandor melempar batu kecil yang tepat mengenai kepala si pekerja. Merasa penasaran dan menahan rasa sakit, si pekerja baru menoleh ke atas dan mandor pun akhirnya dapat berkomunikasi dengan pekerjanya. Sang mandor diibaratkan sebagai Allah yang selalu ingin menyapa kita. Allah rindu kita bergaul akrab dengan-Nya. Dengan kerinduan-Nya dan kasih-Nya yang begitu dalam, Dia memberikan berkah-Nya kepada kita, dengan harapan kita mau bersyukur dan menyapa-Nya lewat doa. Sering kali kita lupa dengan anugerah yang kita terima setiap hari dari-Nya. Berkah-berkah yang kita terima setiap hari sering kali kita anggap sebagai hoki atau keberuntungan semata. Atau mungkin kita terlalu fokus pada aktivitas kita, karena kuatir akan biaya hidup. Rasa tidak pernah puas membuat kita terlalu fokus pada pekerjaan sehingga kita lupa untuk bersyukur bahkan untuk mengucapkan terima kasih saja kita seolah enggan. Jangan sampai kita mendapat lemparan “batu kecil” melalui penyakit yang kita derita atau keadaan ekonomi morat-marit yang kita alami, barulah kita mau berdoa. Sadarilah bahwa berkah yang kita terima bukan karena kebetulan atau keberuntungan semata, tapi karena Tuhan rindu agar kita selalu akrab dengan-Nya. (*)