Renungan Untuk Tukang Kebut-kebutan

K. Tatik Wardayati

Editor

Renungan Untuk Tukang Kebut-kebutan
Renungan Untuk Tukang Kebut-kebutan

Intisari-Online.com – Jack melihat speedometer sebelum melambat : 73 di zona 55. Keempat kalinya dalam beberapa bulan. Bagaimana mungkin seorang pria tertangkap begitu sering?

Ketika mobilnya melambat menjadi 10 kilometer per jam, Jack menepi, tapi tidak persis di pinggir jalan. Polisi itu khawatir tentang bahaya lalu lintas. Polisi itu melangkah keluar dari mobilnya, membawa catatan besar di tangannya.

Ketika menghampiri mobil itu, Jack melihat orang yang ada di dalamnya, Bob, adalah tetangganya sendiri. Seorang pria yang selalu mengajaknya bermain golf di akhir pekan. Pria itu keluar dari mobil dan menemui tetangganya sendiri yang tak pernah dilihatnya dalam balutan seragam polisi lalu lintas.

“Hai, Bob, kita bertemu seperti ini.”

“Hai, Jack.” Tidak ada senyum. “Apa Anda akan menangkap saya? Saya terburu-buru ingin melihat istri dan anak-anak saya setelah seharian bekerja.”

Jack diam saja. Ia menunduk. Lalu ia berkata, “Tahukah bahwa Anda memiliki reputasi buruk di kantor polisi?”

Bob mulai berbohong soal kecepatan spedometer yang terlihat di dashboard-nya. Akhirnya polisi itu menyuruh Bob kembali masuk ke mobilnya. Jack menuliskan sesuatu di kertas memo. Mengapa ia tidak meminta surat izin mengemudi pria itu?

Apapun alasannya, ia akan bertemu kembali dengan pengemudi itu di hari Minggu nanti. Polisi itu mengetuk pintu mobil Bob. Lalu memberikan kertas yang dilipat kepada Bob.

“Terima kasih,” Bob mencibirkan suaranya.

Pria itu lalu membuka lipatan kertas. Ia berpikir, berapa biaya yang akan tertulis di kertas itu. Tunggu sebentar. Apa ini? Sekadar lelucon?

Tentu saja ini bukan tiket. Ia mulai membaca: “Ya, Bob. Aku pernah punya anak perempuan. Ia berusia enam tahun ketika ia terbunuh oleh mobil. Saya kira Anda bisa menebaknya – sopir ngebut. Tiga bulan dipenjara, orang itu bebas. Ia bebas memeluk putrinya, karena ia punya tiga anak perempuan, sementara aku hanya satu. Dan aku harus menunggu sampai ke surga untuk bisa memeluknya lagi. Seribu kali saya mencoba memaafkan orang itu. Seribu kali saya pikir saya punya maaf. Mungkin sudah saya lakukan, tapi saya harus melakukannya lagi. Bahkan sekarang. Berdoalah bagi saya. Dan hati-hati, Bob, saya masih punya anak laki-laki yang tersisa.” – Jack.

Bob melihat mobil polisi tadi sudah pergi. Ia mengamatinya sampai mobil itu menghilang. 15 menit kemudian, ia melaju perlahan menuju rumahnya, berdoa untuk mohon pengampunan dan memeluk istri dan anak-anaknya ketika ia tiba.