Intisari-Online.com – “Guru, apakah yang dimaksud dengan bahagia itu?” tanya sang murid.
“Bahagia itu ketika kamu menerima apa adanya dirimu dan bersyukur atas apa pun yang terjadi pada dirimu.”
“Namun Guru, mengapa masih banyak orang yang sudah menerima dan bersyukur atas semua yang dia peroleh tapi tetap saja dia mengeluh tidak bahagia?”
“Hmmm... karena orang itu memberikan nilai kepada kebahagiaannya bukan berada di dalam kebahagiaan itu.”
“Maksudnya, Guru?” tanya sang murid.
“Berada di dalam kebahagiaan itu seperti halnya berada di depan perapian. Apakah kamu perlu ikut terbakar agar kamu merasakan hangatnya api? Yang kamu lakukan hanya diam di depan perapian itu dan merasakan hangatnya api, bukan membakar dirimu agar terasa hangat. Orang yang masih memberikan nilai pada kebahagiaannya sama dengan orang yang membakar tangannya dan berkata, ‘wah, tanganku sekarang menjadi hangat’.
Kalau sukses itu diartikan sebagai “mendapat” apa yang telah diusahakan, maka bahagia adalah “menikmati” apa yang sudah didapat dari yang diusahakan.”
Sukses belum pasti bahagia. Namun, orang yang bahagia pastilah sukses. (YDA)