Intisari-Online.com – Sekali waktu, ada seekor laba-laba, yang hidup di ruang bawah tanah museum dan galeri. Mereka tinggal di sana bersama lukisan dan dilupakan selama bertahun-tahun, tentu saja, ini menjadi tempat yang paling cocok untuk membuat jaring laba-laba. Laba-laba itu berputar-putar membuat jaring terbaik di seluruh museum itu, dan rumahnya benar-benar spektakuler. Ia benar-benar memperkuat jaringan yang dibuatnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, museum mengatur kembali lukisan di sana. Maka lukisan yang berada di gudang bawah tanah akan ditempatkan di ruang lantai atas. Banyak laba-laba di ruang bawah tanah menyadari apa yang terjadi, mereka pun berhati-hati tentang hal itu. Tetapi laba-laba ini tidak berpikir demikian.
“Tidak apa-apa,” kata laba-laba itu, “Itu kan hanya beberapa lukisan.”
Semakin banyak lukisan dipindahkan dari ruang bawah tanah, tetapi laba-laba itu semakin memperkuat jaringannya. “Di mana aku akan menemukan tempat yang lebih baik daripada ini,” katanya.
Sampai suatu pagi, mereka mengambil sebuah lukisan tempatnya membuat jaring laba-laba. Laba-laba menyadari bahwa ia akan kehilangan rumahnya, dan berakhir di ruang pameran.
Dalam kekuatan dan ketegasannya, ia memilih meninggalkan jaring megahnya, jaring yang telah ia bangun dengan seluruh kekuatannya. Dengan begitu ia menyelamatkan dirinya dari pembunuh serangga yang akan menyemprotkan racunnya pada lukisan di ruang pameran.
Dalam pelariannya, setelah mengatasi banyak kesulitan, laba-laba itu pun berakhir di sebuah taman kecil yang terpencil. Ia menemukan sebuah sudut yang tenang, tempatnya untuk membuat jaring laba-laba yang lebih baik. Ia pun menjadi laba-laba yang jauh lebih bahagia.
Apa pun akan berubah, dan kita harus beradaptasi dengan ini. Membuat peluang baru di tempat baru, meski harus menyangkal apa yang sudah kita miliki.