Intisari-Online.com - Saya menjumpainya tak sengaja saat berjalan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menuju ke Benteng Vredeburg. Di salah satu pojokan perempatan KM 0 Yogyakarta, deretan monumen berkonsep lingga-yoni itu berjejer. Nah, di keempat dinding yoni itu terpampang motif-motif batik dan keterangan dari pelat kuningan di bawahnya.Dulunya tempat ini adalah Monumen Tapak Prestasi. Diubah menjadi Monumen Batik untuk menghargai batik yang merupakan salah satu budaya Indonesia. Pemerintah setempat membangun monumen ini agar masyarakat dapat merasa bangga dengan karya budaya sendiri dan bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap batik sebagai produk dalam negeri.
Meski sedikit kurang terawat, monumen ini bisa jadi tempat pembelajaran beberapa motif batik khas Jogja. Hanya saja agak sedikit repot membaca keterangan motif batik yang ada di lempangan plat karena sudah kusam. Berada di tempat yang teduh, monumen ini banyak dimanfaatkan orang untuk beristirahat. Beberapa fotografer terkadang menjadikan daerah ini sebagai objek bidikan mereka.
Monumen ini menyatu dengan dengan kawasan titik 0 kilometer yang dikelilingi banyak bangunan bersejarah. Ada Monumen Satu Maret, Benteng Vredeburg, gedung Kantor Pos Pusat Jogja, BNI, dan BI. Juga ada Gedung Agung yang pernah menjadi Istana Kepresidenan saat pemerintahan pindah ke Yogyakarta.Batik merupakan salah satu warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Terlebih batik sudah diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. Oleh karena itu pemerintah setempat ingin mengajak masyarakat untuk menunjukkan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa batik adalah asli milik bangsa Indonesia.