Menikmati Senja di Ratu Boko

Agus Surono

Editor

Menikmati Senja di Ratu Boko
Menikmati Senja di Ratu Boko

Intisari-Online.com - Kompleks Candi Ratu Boko terletak tidak jauh dari Candi Prambanan, ke arah Piyungan. Ada dua pintu masuk, yakni dari pinggir jalan raya Prambanan - Piyungan dan dari perkampungan. Pintu masuk pertama mengharuskan kita menapak tangga berundak-undak yang lumayan tinggi, sedangkan pintu masuk ke dua membawa kita ke halaman Resto Candi Boko.Dibandingkan dengan beberapa candi yang ada di Jogja dan sekitar, kompleks Candi Ratu Boko memang terletak di ketinggian. Dari prasasti Abhayagiri Wiharayang berangka tahun 792 Mdisebutkan bahwa tempat ini dulunya sebuah vihara yang disebut denganAbhyagiri Wihara("wihara di bukit yang bebas dari bahaya"). Dari prasasti ini pula terungkap bahwa ada seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atauRakai Panangkaran(746 - 784 M) yangmengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha. Begitu juga dengan vihara tersebut, yang terlihat dari adanya Arca Dyani Buddha. Namun demikian ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko seperti adanya Arca Durga, Ganesha, dan Yoni.

Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan cabang dari sistemPegunungan Sewu, yang membentang dari selatanYogyakartahingga daerahTulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalamKeraton van Ratoe Boko.Situs dengan luas keseluruhan sekitar 25ha ini diperkirakansudah dipergunakan orang padaabad ke-8pada masaWangsa Sailendra(Rakai Panangkaran) dariKerajaan Medang(Mataram Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini merupakan bekaskeraton(istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan.Sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini.

Jika berkunjung ke sini akan kita temui bekas gapura, ruang paseban, kolam, pendopo, pringgitan, keputren, dua ceruk untuk bermeditasi, serta tempat kremasi. Yang terakhir keberadaannya mencolok karena menjulang tak jauh dari gapura. Namun baru pondasinya saja yang berdiri.Nama "Ratu Boko" berasal darilegendamasyarakat setempat. Ratu Boko (Bahasa Jawa, arti harafiah: "raja bangau") adalah ayah dariLoro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada komplek Candi Prambanan.

Kompleks situs ini dikelola oleh otorita khusus, yang bersama-sama mengelola Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Kedua candi terakhir ini dimasukkan dalam DaftarWarisan Dunia UNESCO. Sebagai konsekuensinya, Situs Ratu Boko ditata ulang pada beberapa tempat untuk dapat dijadikan tempat pendidikan dan kegiatan budaya.

Terdapat bangunan tambahan tak jauh dari loket tiket masuk, yaitu restoran dan ruang terbuka (Plaza Andrawina) yang dapat dipakai untuk kegiatan pertemun dengan kapasitas sekitar 500 orang, dengan vista ke arah utara (Kecamatan Prambanan danGunung Merapi). Selain itu, pengelola menyediakan tempat perkemahan dan trekking, paket edukatif arkeologi, serta pemandu wisata

Untuk keterangan lebih lanjut bisa berkunjung ke situs PT Taman Wisata CandiBorobudurPrambananRatu Boko.