Keliling Kota Surabaya dengan Becak

intisari-online
,
Rusman Nurjaman

Tim Redaksi

Keliling Kota Surabaya dengan Becak
Keliling Kota Surabaya dengan Becak

Intisari-Online.com - Surabaya merupakan kota besar sekaligus kota penting kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota ini juga mempunyai sejarah yang cukup panjang. Ada banyak situs penting yang menyimpan sejarah perjalanan kota ini.

(Pecel Rawon Surabaya, Nylenehnya Kuah Rawon Bumbu Pecel)

Letak geografis yang berada di daerah pesisir timur pulau Jawa menjadikan temperatur udara kota ini relatif panas di siang hari. Oleh karena itu, bagi Anda para pelancong, sebaiknya dipertimbangkan untuk menyusuri beberapa titik kota di malam hari. Kemudian pilihlah becak sebagai kendaraan untuk berkeliling kota. Lalu lintas kendaraan bermotor yang relatif sepi memungkinkan kenyamanan perjalanan keliling kota.

Sebagai alat angkut jarak dekat, becak bisa menjadi kendaraan paling pas untuk keliling kota. Kontur jalanan kota Surabaya yang datar juga memungkinkan kecepatan becak lebih ajeg. Tapi mintalah pada pengemudi agar mengayuh becaknya agak pelan, dan Anda bisa menikmati kota di malam hari lebih rileks.

(Rawon Setan Surabaya yang Tak Bikin Kesetanan)

Jangan lupa membawa peta

Surabaya memang kota besar. Kini, kota ini rupanya tengah bersalin rupa menjadi metropolitan dengan wajah kota yang lebih modern dan kosmopolit. Tetapi jangan khawatir, pemerintah kota Surabaya tidak melarang becak beroperasi di kota ini. Kendaraan tradisional nan ramah lingkungan ini masih mendapat tempat untuk menjadi moda transportasi warga kota, di samping moda transportasi lain yang lebih modern. Pangkalan becak pun bisa kita temui di beberapa tempat penting, seperti di stasiun, terminal, pelabuhan, alun-alun, dan sebagainya. Becak pun bisa Anda sewa untuk bepergian ke segenap penjuru kota. Tentu saja dengan harga sewa yang bisa ditawar. Ya, setidaknya bisa sedikit lebih murah dibanding ongkos taksi.

Hanya saja, selain membawa kamera, hal penting yang sebaiknya tidak boleh dilupakan adalah membawa peta. Peta akan sangat membantu dan memudahkan perjalanan. Setidaknya, membantu mengetahui di mana posisi koordinat Anda dalam semesta kota, sehingga disorientasi bisa dihindari. Perjalanan kita pun menjadi lebih terencana.

Melintasi Selat Madura

Beberapa situs penting bisa Anda singgahi sekali jalan dengan mengendarai becak. Misalnya saja, Anda bertandang ke kawasan Ngampel. Ngampel terkenal sebagai tempat ziarah wali atau wisata spiritual. Ngampel juga merupakan perkampungan Arab di Surabaya. Menurut beberapa literatur, orang-orang Arab ini awalnya berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan, yang berbondong-bondong datang ke Surabaya di akhir abad ke-19. Kini, mereka menjadi salah satu kelompok yang turut memutar roda perekonomian di kawasan Ngampel. Kebanyakan dari mereka membuka toko busana muslim dan kitab-kitab kuning klasik. Hal terakhir ini dimungkinkan karena mereka memelihara jaringan perdagangan dengan masyarakat Timur Tengah.

Dari Ngampel, Anda bisa menyusuri tempat lain dengan becak. Yang terdekat adalah Jalan Kembang Jepun. Di malam hari tempat ini ramai dengan warung-warung tenda yang menjajakan aneka kuliner Cina. Kebanyakan bangunan toko di sepanjang jalan ini yang bercat merah, beserta lampion-lampion yang di pasang sepanjang jalan, menegaskan nuansa budaya Tionghoa yang kental. Maklum, rupanya tempat ini sejak dulu merupakan kawasan pecinan.

Jika diteruskan ke utara, sampailah kita di Jembatan Merah yang terkenal itu. Semasa revolusi, tempat ini menjadi salah satu titik pertempuran paling sengit antara laskar rakyat Surabaya dan pasukan Sekutu. Setelah melewati jembatan belok ke kanan, kita akan melintasi Hotel Yamato. Bangunan yang juga menjadi titik genting pertempuran Surabaya 10 November 1945 itu masih tegak berdiri. Ketika melewati beberapa tempat ini, masa lalu seakan hadir kembali dan menyapa kita. Kita bisa bercermin dari kegigihan para pejuang zaman dulu dalam menghadapi tantangan hidup. Terkenanglah kata-kata Bung Karno: Jangan sekali-kali melupakan sejarah!

Terus ke arah timur, becak yang kita tumpangi akan membawa kita sampai di pelabuhan Tanjung Perak. Meski malam hari, suasana pelabuhan masih tetap ramai. Banyak sekali kapal-kapal besar transit. Jika memungkinkan, Anda juga bisa menjajal naik kapal feri melintasi Selat Madura hingga menapakan kaki di seberang, di pulau Madura. Toh perjalanan laut ini bisa ditempuh sekitar setengah jam. Di atas kapal, Anda bisa melihat kota Surabaya di malam hari dari tengah lautan. Jika tatapan kita diarahkan ke selatan, tampaklah Jembatan Suramadu yang kini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Jawa Timur itu.

Merencanakan beberapa rute

Kali lain, mungkin Anda bisa mencoba rute perjalanan yang berbeda. Misalnya, memulai rute dari kawasan Tunjungan Plaza menuju Masjid Cheng Ho, via Jalan Blauran dan Balai Kota. Bila malam belum begitu larut, Anda bisa mampir di Pasar Blauran untuk mencicipi aneka kuliner lokal.

Sedangkan Masjid Cheng Ho menarik dikunjungi karena keunikan bangun arsitektur mesjidnya yang unik, menyerupai klenteng. Masjid ini terletak sekitar 1 Km utara Balai Kota. Dibangun untuk mengenang dan menghormati jasa Cheng Ho. Dia adalah Laksamana muslim asal Cina yang datang ke Nusantara pada abad ke-15. Di Nusantara, dia tidak hanya berdagang dan menjalin persahabatan, tetapi juga menyebarkan agama Islam. Fakta ini tentunya menegaskan tesis sejarahwan Slametmuljana tentang peran kelompok Tionghoa dalam proses Islamisasi di Nusantara, terutama di Jawa.

Mengenal kota lebih dekat

Sambil menikmati suasana kota Surabaya di malam hari, kita bisa mengajak ngobrol pasangan jika membawa. Jika tidak, Anda bisa menggali informasi tentang kota melaui obrolan dengan pengemudi becak. Bila Anda memerlukan waktu agak lama berhenti di sebuah tempat, jangan sungkan-sungkan meminta becak untuk menunggu.

Berkeliling kota dengan becak juga memungkinkan kita mengenal setiap sudut kota dan para penghuninya lebih dekat. Secara sosiologis, Surabaya memang bukan kota multikultural layaknya ibukota Jakarta. Kebanyakan warga kota ini adalah pribumi Jawa, kemudian disusul etnis Madura dan Tionghoa. Kita juga bisa menikmati kenyamanan kota yang berbeda dengan sebelumnya. Inilah hasil penataan dan penghijauan kota yang gencar dilakukan pemerintah kota Surabaya beberapa tahun terakhir ini.

Ada banyak titik kota yang menarik untuk disinggahi. Tetapi bila tidak mempunyai cukup waktu, Anda bisa melakukannya di lain kesempatan. Berapa pun jumlah tempat yang bisa dikunjungi, semua itu tidak mengurangi sensasi yang Anda rasakan berkeliling kota dengan becak. Semilir angin malam yang menyejukan itu; aneka cahaya yang memancar dari lampu pelita di setiap sudut kota itu; juga kehangatan obrolan di atas becak yang tengah melaju akan menjadikan kenangan yang terukir dari perjalanan ini. Kesan dan makna yang tergurat akan semakin mendalam.

Artikel Terkait