Menteng, (Calon) Pusat Wisata Medis

Nur Resti Agtadwimawanti

Editor

Menteng, (Calon) Pusat Wisata Medis
Menteng, (Calon) Pusat Wisata Medis

Intisari-Online.com - Maraknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri atau istilah kerennya "berbelanja kesehatan" sudah semestinya bisa kita minimalkan. Saatnya Indonesia membuktikan bahwa devisa negara yang bernilai triliunan bisa dihemat. Tak lain dengan menahan lajunya pelancong/pembelanja jasa kesehatan ke luar negeri.

Dokter Ivan R. Sini, Sp.OG, Direktur Pengembangan PT BundaMedik, saat peresmian RSU Bunda Jakarta (12/9) mengatakan, "Produk jasa dalam negeri tidak hanya mendapatkan tantangan dari luar negeri. Tapi juga dari pola kebiasaan masyarakat kita yang terbiasa dengan berbelanja kesehatan ke luar negeri."

Triliunan rupiah keluar sebagai biaya langsung jasa dokter, rumah sakit, termasuk obat-obatan dan pemanfaatan alat modern di luar negeri. Tak hanya itu, secara tidak langsung triliunan rupiah lagi akan keluar untuk biaya transportasi, penginapan, dan belanja (shopping).

PT BundaMedik yang merupakan induk RSU Bunda Jakarta berniat menjaring pertemanan dengan para pelaku industri kesehatan dan rumah sakit di sekitarnya sehingga nantinya terwujud Menteng Healthcare Boulevard. Secara kolektif, grup pelayanan jasa kesehatan yang tergabung akan aktif mempromosikan Jakarta sebagai pusat medical tourism di Indonesia.

Untuk menarik kembali pasien agar berobat ke dalam negeri, tentu harus didukung dengan peningkatan kualitas pelayanan. RSU Bunda, misalnya, yang serius dalam memberikan pelayanan berbasis teknologi tinggi dan SDM berkualitas. "Kami rumah sakit pertama yang menerapkan teknologi operasi robotik pada 2012. Bedah robotik dapat mempersingkat waktu rawat inap dan meningkatkan presisi akurasi operasi," tambah Ivan. Wah!

Elitenya Menteng

Menteng, kawasan yang letaknya tepat di jantung kota Jakarta ini merupakan satu dari sedikit area ibukota yang masih bisa memberikan keteduhan bagi peghuninya. Kawasan elite yang dibangun pemerintah kolonila Belanda pada 1920 ini memang asri sejak dulu. Tak heran bila Menteng dilirik sebagai tempat tinggal atau sekadar berbisnis.

Ada pelbagai macam versi mengenai asal-usul nama "Menteng". Ada yang menyebut nama tersebut diambil dari nama Daeng Menteng, tokoh Bugis yang sangat berpengaruh di Batavia. Ia pun kemudian diberi konsesi menguasai wilayah tersebut. Ada pula yang mengatakan, nama itu diambil dari buah menteng (Baccaurea racenosa) yang bentuknya mirip duku palembang.

Sejatinya, Menteng dirancang sebagai kota taman pertama di Indonesia. Dibangun sebagai pemukiman orang-orang Eropa dan pribumi kelas atas. Lokasinya pun persis di sebelah selatan Koningsplein atau Medan Merdeka, tak jauh dari Weltervreden atau wilayah sekitar Gambir dan Pejambon yang sudah lebih dulu berkembang saat itu.

Menteng bertambah ramai ketika 1950-an dibangun jalan MH Thamrin yang menghubungkan Lapangan Monas dengan Kebayoran Baru. Penghuninya pun semakin berkembang pada 1970-an, seiring dengan melimpahnya devisa migas sehingga banyak pejabat yang tinggal di sekitar Menteng. Infrastrukturnya makin baik dan jalan raya pun diaspal mulus agar para pejabat nyaman tinggal di sana.

Boulevard yang membentang antara Jalan R.P. Soeroso dan Teuku Cik Ditiro panjangnya kira-kira 1,5 km. Pelbagai rumah sakit ada di sana, seperti RSIA Bunda (1973), Kimia Farma (1971), Klinik Moegni (1972), Prodia (1973), dan Jakarta Eye Center (1984). Kawasan tersebut nyata telah menjadi pusat tujuan berobat bagi masyarakat Jakarta dan Indonesia.

Selain itu, kawasan tersebut juga dikelilingi pusat perdagangan atau mal berkelas macam Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. Juga, pusat akomodasi seperti Grand Hyatt Hotel, Kempinski Hotel, Formula One Apartement, dan restoran-restoran terkenal. Dari yang murah sampai yang mahal. Ya, Menteng memang merupakan area yang sangat potensial dan sarat dengan berbagai nilai.

Cocok 'kan sebagai medical tourism?