Intisari-Online.com - “Rusia memerlukan surganya,” sebut Pangeran Grigory Potemkin, Jenderal Kekaisaran Rusia di masa pemerintahan Catherine Agung II. Saat itu, di tahun 1782 Rusia tengah melakukan ekspansi ke Crimea. Di belahan bumi bagian manakah itu?
Semenanjung Crimea adalah salah satu pantai di Ukraina, Eropa Timur, yang menghadap langsung ke Laut Hitam. Lengkungan pantainya yang menggairahkan dari tebing berkilau layaknya surga dunia. Kenyamanan tempat ini terutama karena mendapat limpahan sinar matahari hampir sepanjang tahun (300 hari). “Tak pernah ada musim dingin di sini,” kata Anton Chekhov, salah seorang penulis besar Rusia. Dia pernah memiliki rumah persinggahan kedua di dekat Yalta, tempat di sekitar Semenanjung Crimea.
Konon, tempat ini disediakan sebagai taman bermain para kaisar dan para eksekutif dari partai komunis. Orang Rusia praktis menangis manakala, setelah bubarnya Uni Soviet, Crimea ditarik keluar dari orbit kekuasaan Rusia. Kini, Crimea menjadi bagian dari Ukraina merdeka.
Di Semenanjung Crimea, jejak dari Soviet masih bisa kita temui hingga sekarang. Pengunjung dapat melakukan tur di kapal selam rahasia Soviet yang menjadi bukti dari peristiwa ledakan nuklir di Balaklava. Inilah sepotong sejarah Perang Dingin yang kini menjadi museum. Setelah itu, pengunjung dapat menyinggahi salah satu resort kesehatan air payau dari pantai barat dan pantai timur untuk terapi mandi lumpur. Pilihan lainnya adalah pergi menuruni Istana Livadia di Yalta.
Musim panas adalah musim paling ramai, penuh sesak dengan turis Rusia dan Eropa Timur. Para pelancong dari Amerika Utara malah jarang.
Pada musim gugur, udara berubah lembut. Saat itu adalah waktunya panen di kebun-kebun anggur seperti Massandra, yang dibangun pada abad ke-19. Kebun anggur Massandra dibangun untuk memasok kebutuhan anggur Nicholas II, tsar (Kaisar) Rusia terakhir. Di sana Anda dapat memiliki kesenangan mencicipi Riesling dengan aroma pegunungan padang rumput.
Begitulah, petilasan taman bermain para kaisar Rusia ini menawarkan pesonanya, hingga kini. ("Best Trip 2013",National Geographic)