Intisari-Online.com.Mengenang 10 tahun tsunami Aceh, berarti mengenang bagaimana mereka kehilangan orang-orang terkasih juga harta benda berharga, sekaligus mengobrak-abrik wilayah tersebut. lalu sebenarnya, apakah kita memiliki alat pendeteksi tsunami? Tentunya, alat ini bakal membantu mendeteksi datangnya tsunami lebih dini sehingga bisa menekan korban jiwa.Indonesia sempat memakai alat pendeteksi tsunami buatan luar negeri. Lalu baru-baru ini, Indonesia memproduksi dan menggunakan alat buatan sendiri. Pendeteksi bernama Ina-TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) merupakan peringatan dini tsunami dengan penerapan teknologi baru bernama Decision Support System atau DSS. Sistem ini membantu menghimpun informasi dari hasil monitoring gerakan gempa, simulasi tsunami, monitoring tsunami dan kerak bumi setelah datang gempa. Ini menjadi bekal informasi dini untuk memperingatkan bencana tsunami.Cara kerja alat pendeteksi tsunami ini adalah dengan menangkap sinyal gelombang tsunami pertama. Kira-kira, sinyal ini dapat diterima kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dalam waktu 3 menit. Pengadaan alat ini merupakan hasil bantuan dari negara dan organisasi lain, yakni Jerman, Cina, Jepang, Amerika, Perancis, UNESCO, UNDP, UNOCHA, ISDR.Ina-TEWS telah digunakan meski sistemnya belum terpasang sempurna. Baru tiga sistem permukaan muka tengah laut yang terpasang dari total 23 rencana. Komponen DDS juga masih perlu disempurnakan sebelum digunakan lagi. Kualitas SDM pun salah satu agenda perbaikan pemerintah. Sebelumnya, Ina-TEWS telah melalui proses operasional pendahuluan sepanjang pertengahan tahun 2005. Awalnya, di bulan Maret 2005, Jerman dan Indonesia bersama membangun sistem peringatan dini tsunami bernama GITEWS (German Indonesian Tsunami Early Warning System). Perangkat ini hasil sumbangan dari Jerman senilai 40 juta Euro. Di tahun 2008, sistemnya dikembangkan menjadi Ina-TEWS, dan diluncurkan pada November 2008 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.Evaluasi detektor gempaKetika Cile mendapat peringatan dini tsunami, Indonesia pun meningkatkan kesiagaan terhadap gempa dan tsunami yang bisa melanda Indonesia sewaktu-waktu. Dikutip dari Kompas.com, peneliti pada Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Irina Rafliana mengatakan, kejadian ini tak boleh dilewatkan begitu saja. “Kita harus mengevaluasi untuk perbaikan sistem,” ujarnya. Gempa di Cile itu membuat Ina-TEWS Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyiarkan peringatan dini tsunami di 115 titik di kabupaten/kota di 19 provinsi.Sementara, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menegaskan bahwa evaluasi Ina-TEWS telah dilakukan sejak 2012. “Banyak perbaikan sistem. Yang paling sulit perubahan budata masyarakat dan pemda,” katanya.Tapi peneliti Indonesia di International Research Institute of Disaster Science (IRIDeS) Tohoku University, Jepang, Abdul Muhari mengatakan bahwa kekurangan Ina-TEWS alat pendeteksi tsunami itu wajar karena sistem ini masih tergolong baru di Indonesia. “Yang penting tidak paranoid dengan kata ‘evaluasi’, sebaiknya fokus melihat ‘apa yang salah’ dan bukan ‘siapa yang salah’,” tukas Muhari. (Berbagai Sumber)