Intisari-Online.com - Katak memakan kelelawar? Itu yang terjadi di Peru. Sebuah katak puru (Bufo marinus) dengan bengis menyantap kelelawar yang terbang ke arahnya.Fakta ini mulanya diungkapkan Yufani Olaya, penjaga hutan Taman Nasional Cerros de Amotape, Peru. Ia mengirimkan foto ini ke Phil Torres, biolog asal Peru, yang memublikasikannya di blog pribadinya.Torres pun kaget. Ia menilai peristiwa ini merupakan kejadian langka dan kemungkinan yang pertama. Katak puru merupakan hewan asli Amerika Selatan dan bisa tumbuh sampai berbobot dua kilogram. Meski merupakan pemangsa yang sangat oportunis, tapi sebelumnya tak pernah ada cerita katak ini memakan kelelawar.Bahkan, Torres tidak bisa membayangkan bagaimana seekor amfibi ini bisa menangkap kelelawar yang mobilitasnya tinggi. Ia pun menanyakan hal ini kepada Olaya. Ternyata, menurut Olaya, kelelawar itu tiba-tiba terbang menuju mulut katak tersebutSeperti mendapat durian runtuh, sang katak langsung melahapnya."Katak puru ini bisa menangkap kelelawar, karena kelelawar tersebut terbang terlalu rendah ke tanah, dan tampaknya langsung ke mulut yang sedang menunggu."Tahukah apa yang terjadi kemudian? Ternyata, katak tersebut salah mangsa. Karena gagal menelannya, katak itu akhirnya menyerah dan mengeluarkan kelelawar malang itu dari mulutnya. Yang aneh lagi, ternyata kelelawar itu punya daya tahan luar biasa. Ia perlahan pulih dan mampu terbang kembali.Seorang kurator mamalia dari Smithsonian National Museum of Natural History, Don Wilson, sepakat bahwa cukup masuk akal seekor katak puru memakan kelelawar. Wilson menyebutkan, itu merupakan kelelawar free-tailed, jenis kelelawar yang kerap bertengger di atap dan terbang tinggi dan cepat. Namun, kelelawar itu tampaknya memang sedang apes dan tersungkur saat ia sedang keluar atau masuk ke sangkarnya dan katak itu kebetulan ada di dekatnya. Wilson mengatakan, katak puru akan memakan apa pun yang bisa masuk ke mulutnya. "Jadi, mengambil kelelawar yang ada di dekatnya tidaklah mengejutkan."Serangan aneh predator pemangsa apa lagi yang pernah Anda saksikan? (Christine Dell’Amore/National Geographic Indonesia)