Advertorial

Letusan Gunung Samalas Mengalahkan Tambora dan Krakatau

Moh Habib Asyhad

Editor

Letusan Gunung Samalas Mengalahkan Tambora dan Krakatau
Letusan Gunung Samalas Mengalahkan Tambora dan Krakatau

Intisari-Online.com - Jauh sebelum letusan Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada 1815 menggegerkan dunia, tetangganya, Gunung Samalas di Lombok, ternyata sudah membuat ribut masyarakat internasional. Pada abad ke-13, terjadi erupsi misterius. Dan, Gunung Samalas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, disebut-sebut sebagai biang keroknya. Para pakar berhasil mengaitkan jejak sulfur dan debu yang didapat dari kutub dengan data dari Lombok. Para pakar kemudian menyimpulkan, Gunung Samalas adalah penyebabnya, seperti yang tertuang di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Dari catatan yang ditemukan dari zaman Eropa abad pertengahan, erupsi pada tahun 1257 itu mengakibatkan pendinginan cuaca secara mendadak, bahkan panen yang digadang-gadang menjadi gagal begitu saja.

Sebelum menentukan Samalas sebagai “si biang kerok”, beberapa nama gunung sempat dicatut dan dikaitkan-kaitkan dengan peristiwa ini, di antaranya adalah gunung api Okataina di Selandia Baru dan El Chichon di Meksiko.

Akan tetapi, keduanya gagal memenuhi kriteria lantaran gagal dalam penanggalan radiokarbon dan jejak geokimia. Saat ini gunung Samalas hanya menyisakan danau kawah yang besar. Orang-orang mengenalnya dengan Segara Anakan.

Soal erupsi terdahsyat di Indonesia, orang lebih mengenal Krakatau yang meletus pada 1883. Demikian juga dengan Gunung Tambora pada 1815 yang masuk kategori ledakan termega.

Tapi ternyata, Gunung Samalas di Lombok memiliki ledakan delapan kali lipat lebih besar dibanding dua gunung tersebut. Abu akibat letusannya diperkirakan menyebar sampai ke dua kutub, selatan dan utara.

Studi Oppenheimer di Lombok menunjukkan sebanyak 40 km kubik batuan dan abu terlempar dari gunung api tersebut. Tingginya mencapai 40 km ke atas atau lebih.

Meletusnya Gunung Samalas juga dikaitkan dengan hancurnya Pamatan, ibu kota kerajaan setempat. Teks yang tertulis dalam Babad Lombok menceritakan tentang kematian ribuan orang oleh abu vulkanik dan aliran piroklastik. Meski tidak ada tanggal pasti, tapi para arkeolog menduga itu terjadi sebelum akhir abad ke-13, sesuai dengan bukti sains dan erupsi. (dari berbagai sumber)