Hati-hati Cemaran Zat Besi pada Ikan

Moh Habib Asyhad

Editor

Hati-hati Cemaran Zat Besi pada Ikan
Hati-hati Cemaran Zat Besi pada Ikan

Intisari-Online.com -Pada kadar yang pas, zat besi sangat bermanfaat bagi pembentukan sel darah merah. Tapi sebaliknya, jika kelebihan, ia bisa menimbulkan berbagai penyakit, juga kematian. Ini menjadi ironis karena banyak ikan yang kerap dikonsumsi manusia saban harinya, terpapar zat besi berlebih, dan menjadikannya tidak layak konsumsi.

Salah satu contoh kasus yang paling memprihatinkan adalah Danau Maninjau di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Prof Hafrijal Syandri dan kolega, menunjukkan ikan, lobster, dan kerang setempat mengandung logam besi sangat tinggi.

Meski masih dalam tahap peninjauan lanjut, beberapa literatur menunjukkan, kelebihan zat besi bisa menimbulkan berbagai penyakit, dan kematian.

Hasil temuan penelitian yang disponsori oleh Yayasan Minang Bandung Indonesia ini menemukan, kandungan besi dalam lobster maninjau sebesar 169,72 mg/kg, sementara batas maksimum cemaran zat besi adalah 1 mg/kg. Sementara, pada ikan betutu (35 mg/kg), ikan bada (49,7), ikan rinuak (88), dan ikan nila (41,6).

Tak hanya zat besi, ada beberapa kandungan logam lain yang juga bisa mengancam keselamatan manusia. Penelitian tersebut menemukan kandungan logam berat semisal timbal (Pb), kadmium (Cd), seng (Zn), dan tembaga (Cu), meskipun jumlahnya masih di bawah batas maksimum.

Sampai sekarang belum ada kepastian mengenai sumber pencemaran zat besi. Tapi jika ditelisik lebih detil, misalnya dari zat cemaran yang terkandung, sumbe-sumber itu bisa diidentifikasi. Misalnya Fe, mangan, dan seng merupukan penyusun formula sabun detergen. Itu berarti ada cemaran detergen pada danau tersebut.

Yang pasti sudah diketahui adalah kadar fosfor dan nitrat yang berlebih. Fosfor dan nitrat yang mencemari Maninjau 91 persen berasal dari pakan ikan keramba apung. Sumber pencemaran lain adalah detergen (5 persen), limbah penduduk (2,91 persen), dan pertanian (0,58 persen).

Harry Asmar, Ketua Badan Musyawarah Selingkar Danau Maninjau, seperti dilansir Kompas, berharap kajian dilanjutkan dengan mengukur kadar besi pada masyarakat setempat. Tujuannya? Jelas untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tak diinginkan di kemudian hari. (Kompas)