Intisari-Online.com - Stig Severinsen, pria asal Denmark, memecahkan rekor menahan napas dalam air selama 22 menit. Peraih gelar PhD dalam bidang kedokteran ini membuktikan, jika keterbatasan rongga paru-paru manusia bisa dilatih untuk terbiasa dalam keadaan minim oksigen.
Menahan napas dalam air memang sulit dilakukan, aksi ini juga mengundang pertanyaan-pertanyaan biologis; mungkinkah kita bertahan selama itu? Apakah itu sehat?
Claes Lundgren, fisiolog dari University of Buffalo School of Medicine di New York, menjelaskan jika mungkin saja aksi tersebut dilakukan, dengan beberapa trik. “Tetap saja aksi ini, tidak akan bagus untuk anda, dan konsekuensinya bisa mematikan.”
Tubuh kita diberikan sensor yang mengajak kita untuk terus bernapas, itu karena bernapas sangat penting sekali untuk kita hidup. Menahan napas dalam air sulit dilakukan, karena saat kita melakukannya, karbon dioksida yang tubuh kita buat melalui oksigen akan bertumpuk sehingga memaksa kita untuk bernapas secara insting.
Untuk melawan insting tersebut, para penahan-napas dalam kompetisi biasanya memulai teknik hiperventilasi – bernapas secara cepat – selama 10 menit, lalu bernapas dalam tangki yang 100% berisi oksigen. Tetapi hiperventilasi bisa sebabkan keram hebat di kaki dan tangan, atau lebih parahnya, pingsan.
Menahan napas berlama-lama juga menyebabkan “matinya otak” karena kekurangan oksigen. Banyak studi yang menunjukan jika para penahan-napas tersebut mengalami abnormalisasi otak yang dapat merusak. Tetapi belum ada yang tahu, apa konsekuensi jangka panjang dari aksi menahan napas ini. (berbagai sumber)