"Entar dulu, tanggung nih!" Ucapan seperti itu sering kita dengar saat mengajak teman untuk makan siang. Dalam dunia ketergesa-gesaan dan profesionalisme, terkadang kita lebih mementingkan pekerjaan daripada tubuh. Padahal, bukankah tubuh adalah modal untuk bekerja?Jika sekali dua kita menunda waktu makan tak apalah. Namun kalau berlangsung terus menerus akan merusak kesehatan tubuh kita. Makan tidak teratur akan sangat mempengaruhi kerja otak. Jika kerja otak enggak becus, ujung-ujungnya bisa berantakan pekerjaan kita.
Kelelahan otak memang tidak serta merta terasa seperti kalau tubuh lelah. Kerja otak memang alusan, berbeda dengan kerja otot. Sumber energi otak adalah glukosa yang berada di dalam darah. Menurut ahli gizi dr. Luciana B. Sutanto, glukosa tadi diperoleh dari sumber energi yang kita makan. Sumber energi itu sendiri ya karbohidrat, protein, dan lemak.
Selain glukosa, otak memerlukan zat gizi lain untuk metabolismenya yaitu asam amino (di antaranya triptofan, glutamat, dan asam folat) serta vitamin dan mineral. Glutamat adalah asam amino yang salah satu perannya sebagai transmiter pada lebih dari setengah bagian saraf terminal di otak. Pada orang yang sehat, asam amino atau glutamat ini dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Sedangkan asam folat tergolong vitamin yang larut dalam air. Asam folat dapat dijumpai di sayuran, ragi, kacang-kacangan, hati, dan buah.
Pada orang dewasa, kekurangan asam folat berdampak depresi juga anemia (kurang darah). Kekuarangan asam folat patut diwaspadai pada ibu yang hamil sebab akan berpengaruh terhadap pembentukan saraf pada janin. Seperti bayi yang dilahirkan dengan tulang belakang yang tidak menutup dan syaraf tulang belakangnya menimbul atau neural tube defect. Selain itu, dari berbagai penelitian terungkap bahwa kekurangan zat gizi dalam jangka waktu lama dapat menyebakan gangguan pada metabolisme otak.
Itulah sebabnya tidak bijaksana jika punya pola makan tidak teratur. Makan tidak teratur sangat mempengaruhi kerja otak karena pasokan tenaga buat otak juga tidak teratur. Apabila kita terlambat makan, kadar glukosa darah akan turun. Kemampuan berpikir pun menjadi terganggu, daya konsentrasi menurun, dibarengi dengan gangguan kestabilian emosi. Kalau sudah begitu wajar saja kalau angka kesalahan kerja kita meningkat.
Makan tidak teratur boleh jadi merupakan imbas proses globalisasi. Menengok sedikit ke belakang, di masa lalu kebanyakan orang bekerja dengan intensitas kerja fisik yang cukup tinggi. Maklum, dulu lebih banyak orang berprofesi sebagai petani. Otot mereka terlatih untuk mencangkul, membajak sawah, menarik gerobak, dan aktivitas lain yang menggunakan kalori tinggi lainnya.
Karena kerjanya lebih berotot, makanannya bisa dalam jumlah yang banyak, tinggi kalori dan tinggi serat. Seperti menu tradisional yaitu sayuran yang mengandung santan, juga ikan atau daging bakar. Untuk penderita jantung pastilah ketar-ketir untuk menyantap makanan tradisional ini. Padahal belum tentu makanan tradisional yang cukup tinggi kalori dan asam lemak jenuh ini tidak sehat. Asalkan dibarengi dengan aktivitas fisik yang cukup tinggi.Kenyataan yang ada sekarang, aktivitas fisik berkurang sementara makanan maunya yang enak namun diburu waktu. Peluang ini ditangkap warung-warung makan cepat saji.
Makanan cepat saji ini supaya laris tentu harus enak. Supaya enak, konsekuensinya mengandung gula dan lemak yang tinggi, juga penyedap makanan untuk penggugah selera. Sayangnya makanan siap saji ala Barat ini rendah serat. Otomatis kandungan gizinya tidak seimbang. Kalau sekali dua kali saja tidak apa menyantap makanan ini. Tetapi kerap ditemui beberapa dari pekerja kantoran mengkonsumsinya hampir setiap hari.
Jadi, jangan tunda makan siang Anda!