Siapapun pasti mengenal ubi yang beragam macamnya. Ada ubi merah, ubi ungu, ubi kuning, ubi cilembu, ubi jepang, ubi gunung kawi, dan masih banyak lagi. Sementara, aneka panganan berbahan ubi pun banyak.
Ubi bisa dijadikan penganan yang beragam, dari yang sederhana, ubi rebus, hingga biji salak, keripik ubi, bola-bola ubi, bubur cha-cha. Rujak serut pun kerap ditambahkan ubi merah.
Menurut Dr. E.S. Tee dan koleganya, A.H. Goh dan S.C. Khor, para ahli dari lembaga riset di Kuala Lumpur, ubi mengandung karotenoid, terutama lutein dan likopen, yang ampuh untuk melindungi tubuh dari serangan jantung koroner, stroke, kanker, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Belakangan ubi diidentifikasikan termasuk bahan makanan yang sifat antioksidannya tinggi. Antioksidannya berupa klorogenik, isoklorogenik, dan asam kafeik. Ubi yang juga mengandung kalium, kalsium, zat besi, tembaga, seng, vitamin A, C, dan E juga ikut menambah kadar antioksidan pada ubi. Karenanya, ubi bisa dianggap sebagai pangan fungsional yang dapat mencegah dan memperbaiki berbagai masalah kesehatan seperti disebut di atas. Ubi juga bisa mengatasi sembelit, gangguan mata sebagai akibat kekurangan senyawa lutein.
Getah pada ubi bisa membantu pergerakan usus sehingga dapat mencegah sembelit. Kandungan seratnya yang tinggi juga bisa mencegah sembelit ini.
Nah, saat mengonsumsi ubi, sebaiknya jangan dikupas kulitnya. Karena kulit luar ubi (periderm) mengandung asam kafeik yang memiliki sifat antioksidan yang tangguh. Asam kafeik ini merupakan asam fenolik yang bisa menjadi perisai terhadap serangan virus dan mencegah kanker.
Ketika mengolah ubi, cukup dicuci bersih, bila perlu kulitnya disikat sedikit. Setelah itu, ubi siap diolah, bisa dikukus, direbus, digoreng, atau dijadikan kolak biji salak.