Jamur, Lauk Sekaligus "Obat"

K. Tatik Wardayati

Editor

Jamur, Lauk Sekaligus
Jamur, Lauk Sekaligus

Saat ini di rumah makan banyak tersedia menu jamur, seperti pepes jamur, ayam jamur, sup krim jamur, mi ayam jamur, kripik jamur, dan sebagainya. Bahkan ada sebuah resto khusus jamur, segala menunya berbahan dasar jamur. Di Amerika Serikat pun belakangan menu mereka seperti pizza, lasagne, burger, juga memakai unsur jamur.

Jamur sudah sejak ribuan tahun lalu dikonsumsi oleh masyarakat di Cina, Jepang, bahkan juga di Mesir dan Yunani, sebagai bagian dari menu sehari-hari mereka. Jamur masuk dalam menu mereka untuk mengurangi asupan dari protein hewani yang dianggap sebagai penyebab masalah jantung koroner dan stroke.

Kalau dulu di pasaran kita hanya mengenal jamur merang dan jamur kancing (champignon) dalam kaleng, kini aneka jamur bisa dijumpai. Mulai dari jamur tiram dengan “payung” berwarna putih, berukuran besar, jamur portabella yang berwarna cokelat, jamur shiitake atau disebut juga hioko baik yang segar maupun kering, jamur enoki yang mirip taoge besar tapi memiliki “payung”, jamur kepiting putih (white crab mushroom) serta masih banyak jenis jamur lainnya.

Kandungan Gizi. Di kalangan masyarakat Cina dan Jepang, jamur bukan hanya sebagai lauk tetapi juga sebagai “obat”. Kepercayaan mereka beralasan juga karena jamur memang kaya gizi dan fitokimia.

Selain jamur sebagai sumber protein nabati, kandungan kalorinya rendah, yaitu hanya 23 kalori/100 g. Lemaknya sedikit yaitu lemak tak jenuh yang banyak dianjurkan para dokter untuk dikonsumsi sebagai pencegahan penyakit jantung koroner maupun stroke.

Jamur juga kaya vitamin B kompleks, terutama riboflavin, niasin, dan asam pantothenik. Mineral dalam jamur seperti kalium, tembaga (Cu), selenium cukup bisa diandalkan. Begitu juga dengan seratnya, antara 8 – 10%.

Dari hasil penelitian Pennsylvania State University, AS, diketahui jamur mengandung polifenol yang memiliki sifat antioksidan cukup ampuh. Juga beta-glukan yang terdiri atas lentinan, LEM, D-fraction.

Manfaat Bagi Kesehatan

  • Jantung. Jamur memiliki sejumlah jurus yang dapat berdampak positif bagi kesehatan jantung. Mulai dari kandungan tembaga, asam lemak tak jenuh seperti asam linoleik. Kandungan niasin dan eritadenin dapat menjaga kadar kolesterol dalam tubuh sehingga terhindar dari masalah jantung koroner.
  • Hipertensi. Kandungan kalium yang tinggi pada jamur dapat “mengusir” natrium dalam tubuh sehingga menjaga kadar tekanan darah. Kandungan asam lemak tak jenuhnya juga berdampak positif terhadap pembuluh darah.
  • Pencernaan. Kandungan seratnya yang tinggi antara 7,4 – 24,6% menjadikan urusan buang air besar menjadi lancar. Jamur juga mengandung niasin yang membuat sistem pencernaan dalam kondisi “sehat” sehingga urusan pencernaan menjadi lancar.
  • Antitumor. Jamur memiliki senyawa aktif seperti polisakarida, khususnya beta-glukan yang bersifat antitumor sehingga tumor payudara dan prostat bisa dihambat pertumbuhannya. Dari penelitian di Baltimore, AS, kandungan selenium juga bermanfaat menurunkan risiko terkena kanker prostat hingga 65%.
  • Flu. Di Jepang dan Cina sejak berabad-abad lalu, jamur shiitake dipercaya memiliki sifat antivirus karena kandungan polisakarida lentinan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Itu sebabnya, ketika seseorang menderita flu kerap disajikan menu yang mengandung jamur shiitake.
Yang Perlu Diwaspadai. Di dunia diperkirakan ada sekitar 14.000 jenis jamur. Dari sekian banyak itu, kira-kira hanya 1/3 saja yang aman dikonsumsi. Bila Anda sedang hiking kemudian melihat jamur, jangan asal petik, bisa-bisa malah keracunan lo.

Beberapa jenis jamur, terutama yang tinggi kadar airnya, tak tahan disimpan walau hanya satu hari. Karenanya, belilah jamur untuk dimasak pada hari itu juga. Bila terpaksa hendak menyimpannya, cucilah jamur hingga bersih. Keringkan hingga benar-benar kering. Kemudian simpan di lemari pendingin. Hal ini untuk menghindari jamur berubah warna.

(Sumber: Menu Sehat)