Intisari-Online.com - Hampir semua orang tentu pernah minum teh. Bahkan beberapa orang terbiasa meminumnya setiap hari. Entah sehabis makan atau sekadar teman membaca koran di waktu santai.
Teh nikmat diminum saat masih hangat. Meski terasa agak sepet, teh bisa menyegarkan. Banyak orang yang menambahkan gula untuk membunuh sepetnya itu. Akan lebih nikmat jika kita menyeruputnya saat santai. Bukan ketika terburu-buru harus menyelesaikan tugas tertentu.
Dari mana asal teh tentu banyak yang sudah tahu. Yah, teh berasal dari pucuk daun Camellia sinensis. Tanaman perdu ini tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan tidak kurang dari 1.500 mm. Untuk bertumbuh tanaman teh membutuhkan kelembaban tinggi dengan temperatur udara antara 13 - 29,5o C. Inilah alasan mengapa teh sering kita jumpai di dataran tinggi dan pegunungan yang berhawa sejuk.
Teh yang benar-benar berkualitas baik berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang belum mekar. Karena berasal dari sejumput itulah maka untuk membuat 0,45 kg teh berkualitas baik dibutuhkan kira-kira 80.000 petikan daun! Selain memerlukan banyak pucuk, teh pun membutuhkan proses panjang untuk sampai di cangkir kita. Setelah dipetik, pucuk daun tadi dikumpulkan untuk selanjutnya menjalani berbagai proses. Salah satunya pemasakan. Dari sinilah lalu muncul bermacam teh: teh putih, teh oolong, teh hitam, dan teh hijau.
Untuk membuat teh putih diperlukan daun teh yang paling muda, yang masih dipenuhi bulu putih pendek atau bulu halus. Pemasakannya melalui dua tahap yakni penguapan dan pengeringan. Tidak ada proses pelayuan, penggilingan, dan fermentasi (kadangkala difermentasi juga dengan kadar ringan). Tampilan teh putih nyaris tak berubah, yakni berwarna putih keperakan. Ketika diseduh akan berwarna kuning pucat dengan aroma yang lembut dan segar.
Teh oolong terbuat dari daun teh yang lebih besar dan lebih tua. Setelah dipetik langsung dijemur untuk pelayuan. Tujuan pelayuan untuk menurunkan kadar air dan membuat lebih lembut. Kemudian daun diaduk-aduk atau dikocok untuk menghilangkan pinggiran daun. Tahap berikutnya ditebar dan dikeringkan, yang dilakukan berulang kali. Tampilan teh oolong, bagian tepi daun teh akan berwarna merah karena fermentasi, sedangkan bagian tengahnya tetap berwarna hijau.
Dalam pembuatan teh hitam, daun yang sudah dipetik dijemur 12 - 18 jam. Kemudian menjalani proses fermentasi secara penuh. Warna daun teh menjadi hitam dan beraroma khas. Kemudian daun teh yang menghitam ini digiling dan selanjutnya masih difermentasi di dalam ruangan yang dingin dan lembab. Karena proses “pemasakan” teh hitam ini tampak jauh lebih mudah dan bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak, sebagian besar teh yang beredar di pasaran adalan teh hitam.
Sedangkan teh hijau bahannya berasal dari pucuk daun teh yang sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air untuk menonaktifkan enzim yang terdapat dalam daun teh. Selanjutnya digulung dan dikeringkan. Teh hijau diproduksi dengan cara penguapan (steaming) daun teh pada suhu tinggi sehingga kandungan polifenol dapat dipertahankan. Mengapa kandungan polifenol dipertahankan? Polifenol merupakan senyawa kimia yang salah satunya berfungsi sebagai antioksidan. Di dalam daun teh terkandung empat polifenol utama, yaitu epicatechin (EC), epicatechingallate (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin gallate (EGCG). Nah, EGCG di dalam teh hijau bersifat antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin E.
Kandungan EGCG dalam satu gram teh hijau antara 30 - 50 mg. Sebenarnya teh hitam juga mengandung polifenol, namun tidak sebanyak teh hijau. Kandungan polifenol teh hitam hanya berkisar 10% dibandingkan teh hijau yang mencapai 30 - 42%. Hal itu akibat adanya proses fermentasi dalam pembuatannya. Proses ini merusak kandungan polifenol (termasuk EGCG).
Kenapa teh hijau lebih sepet
Selain EGCG, teh hijau mengandung pula tanin. Ini senyawa polifenol yang dapat menghambat penyerapan atau merusak mineral besi di dalam tubuh. Untuk itu ibu hamil dan penderita kekurangan zat besi dianjurkan tidak terlalu sering meminum teh hijau agar terhindar dari risiko anemia (kurang darah). Namun, kandungan tanin ini membuat rasa teh hijau menjadi sepat. “Ketika dicicipi, minuman teh hijau terasa lebih sepat dibandingkan dengan teh hitam,” ujar Ali Khomsan ahli pangan dan gizi dari IPB, Bogor.
Sebagai antioksidan kuat, EGCG di dalam teh yang berwarna kuning ketika diseduh ini mampu mengusir radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel. Dengan begitu dapat menunda proses penuaan dini. Tak heran kalau ada sebagian orang punya kebiasaan setiap pagi mencuci muka dengan teh yang sudah diinapkan semalaman (teh basi) supaya tampak awet muda. Peresapan air teh ke dalam pori-pori kulit di wajah diyakini akan membuat kulit muka menjadi kencang. Tak hanya kencang, kulit muka juga menjadi bersinar.
Fungsi lain EGCG adalah antiatherogenic (memperkecil risiko penyumbatan pembuluh darah), antithrombotic (anti penggumpalan darah), dan antimikroba. Wah, semakin terkuak kehebatan teh hijau. Setidaknya penyakit jantung koroner, stroke, dan karies (karang) pada gigi bisa dicegahnya.