Teh Ganggu Penyerapan Zat Besi

K. Tatik Wardayati

Editor

Teh Ganggu Penyerapan Zat Besi
Teh Ganggu Penyerapan Zat Besi

Intisari-Online.com – Dalam kaitannya dengan perkembangan anak-anak, tak kalah pentingnya adalah memperhatikan asupan zat gizi. Tak heran kalau ada produk susu yang mencantumkan kalimat “Diperkaya dengan kalsium dan zat besi”. Menurut Prof. Dr. dr. H. Ponpon S. Idjradinata, D.S.A.K., dari FK Unpad, asupan zat gizi erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan seseorang. Hal itu terungkap dari pengamatan sekitar 200 bayi penderita anemia kekurangan besi (AKBe) berusia 12 – 24 bulan. Umumnya, indeks perkembangan mental (IPM) dan indeks perkembangan psikomotorik (IPP) anak-anak itu di bawah normal. Skornya hanya 80, sedangkan anak normal 100.

Dalam kerja otak, zat bsi dibutuhkan untuk proses metabolisme. Jika kebutuhan zat besi kurang, metabolisme otak bisa terganggu. Akibatnya, enzim-enzim yang dipakai untuk memperlancar kerja otak juga berkurang. Lebih jauh hal itu membuat transfer energi rangsangan ke otak pun menjadi terhambat. Padahal, energi ini sangat diperlukan dalam menjalankan impuls-impuls saraf dalam otak. Karena impulsnya tidak berjalan dengan baik, ketajaman reaksi otak saat menerima rangsangan pun menjadi berkurang.

Kekurangan zat besi pada anak sudah menjadi ancaman serium. Menurut Ponpon, prevalensi AKBe untuk bayi berusia di bawah dua tahun di Indonesia sudah lebih dari 52%. Bandingkan dengan di AS, misalnya, yang Cuma 3%. Sementara prevalensi bagi ibu hamil juga masih tinggi, sekitar 40%. Demikian pula dengan wanita pekerja, yang sekitar 30%. Ponpon melihat, penyebab prevalensi kekurangan zat besi umumnya adalah faktor makanan. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya bayi yang diberi susu kaleng. Padahal, kadar nutrisi zat besi yang bisa diserap bayi dari susu itu hanyalah sekitar 5 – 10% dari jumlah seluruhnya. Sementara jika bayi diberi ASI, jumlah zat besi yang terserap usus bisa mencapai 50%.

Pada kalangan dewasa, kekurangan zat besi disebabkan kecilnya konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi. Jenis makanan yang banyak mengandung zat besi adalah daging dan protein hewani lainnya. Harganya yang mahal, membuat peluang untuk mengonsumsi makanan ini berkurang.

Di lain pihak, seperti yang disimpulkan Sri Rahayuningsih dalam disertasinya, pengetahuan para ibu yang tengah megnandugn tentang anemia masih kurang. Padahal, sikap terhadap materi pendidikan gizi dan pemeriksaan kehamilan sudah cukup baik. Hasil penelitian itu juga mengungkapkan bahwa rata-rata zat gizi ibu hamil masih di bawah jumlah yang dianjurkan.

Yang agak mengejutkan dari penelitian disertasi tersebut ialah adanya prevalensi anemia non-defisiensi besi 32,9% pada awal penelitian dan 28,4% pada akhir penelitian. “Anemia tidak hanya disebabkan oleh defisiensi zat besi, bahkan anemia non-defisiensi zat besi pun cukup tinggi, sekitar 25%,” Sri mengingatkan. Maka penanggulangan anemia harus lebih tepat dan menyeluruh.

Hati-hati teh!

Berbeda dengan kalsium, zat besi jika kelebihan akan menyebabkan persoalan. Kelebihan pasokan zat besi akan disimpan di beberapa bagian dalam tubuh. Bisa di dalam hati, jantung, pankreas, persendian, dll. Pada akhirnya hal ini akan menyebabkan kerusakan jaringan secara permanen.

Jika sudah kelebihan, cara terbaik membuang kelebihan zat besi adalah melalui bloodletting (pengeluaran darah). Ini adalah tindakan dokter di mana setetes kecil darah tiap satu atau dua minggu dalam setahun dikeluarkan. Selewat itu, dilakukan sekali setiap beberapa bulan. Pada wanita, menstruasi merupakan cara alamiah yang membantu. Namun, ini belum 100% melindungi mereka.

Kekurangan zat besi yang banyak diderita orang Indonesia, menurut Ponpon, umumnya karena faktor makanan. Jika zat besi sulit terpenuhi dari makanan sehari-hari, suplemen tentu sangat membantu. Untuk anak-anak bisa dilakukan dengan penambahan sirup besi. Hal ini sudah dikembangkan pemerintah sejak 1996 untuk masyarakat tertinggal. Sementara untuk orang dewasa digunakan pil besi. Ini pernah dilakukan terhadap tenaga kerja wanita selama menstruasi.

Hanya saja, seperti yang diingatkan Ponpon, masyarakat jangan terlalu banyak minum air teh. Sebab air teh bisa menurunkan kemampuan usus dalam menyerap zat besi. Untuk anak-anak, Ponpon menyarankan lebih baik minum air putih biasa dibandingkan dengan minum air teh.

Untuk penggunaan suplemen, overdosis bisa menyebabkan orang dewasa jadi sakit dan anak kecil meninggal. Maka konsumsilah zat besi secara wajar. (Rahasia Sehat Di Balik Makanan)