Intisari-online.com - Salah kaprah mitos keperawanan banyak beredar di masyarakat. Setidaknya ada dua hal mitos yang sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat padahal sebetulnya salah kaprah. Hal itu sebagai berikut. 1. Perempuan yang cara berjalannya “mengangkang” artinya sudah tidak perawan lagi. 2. Dalam buku In Memoriam karya Rosihan Anwar, tertulis cara Presiden Pertama RI, Soekarno, menentukan mana gadis yang masih perawan dan mana yang tidak. “Jika kamu tarik een denkbeeldige recthe li jin (suatu garis imaginer yang lurus) di atas dada si gadis, dari pertengahan lengan yang satu ke lengan yang lain, lalu kamu tentukan pada penglihatan dari luar saja di mana letak puting payudaranya. Jika puting di bawah garis, dia tidak lagi perawan, tapi jika tetap pada garis, dia masih perawan.” Menanggapi mitos tersebut, Hoshael Waluyo Erlan, M. Psi., psikolog klinis di Jakartamengatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang solid untuk mendukung hal itu. Menurutnya, pemikiran-pemikiran itu justru merendahkan perempuan dan menciptakan stereotip yang negatif.“Banyaknya mitos mengenai keperawanan seperti itu, mungkin berhubungan dengan bagaimana masyarakat kita memandang seksualitas. Karena keperawanan itu tabu, jadi mereka menciptakan mitos-mitos yang bisa digunakan untuk membuat judgement,” ujar Hoshael.